Kamis, 25 April 2024
Dany Garjito | Arendya Nariswari : Senin, 10 Juni 2019 | 17:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Wisata halal kini semakin populer, salah satu yang semakin serius menerapkan tren ini adalah Taiwan.

Merunut ke belakang, Taiwan menjadi salah satu negara yang saya kenal saat pertama kali di bangku sekolah dasar.

Negeri Naga Kecil Asia ini beberapa kali disebut oleh guru saya.

Beliau menyebutkan bahwa negara Taiwan dikenal sangat tertib dan memiliki banyak gedung-gedung megah di dalamnya.

Terbayang. bagaimana rasanya jika seandainya saya menginjakkan kaki di negara Taiwan pada waktu itu.

Namun siapa sangka, 16 tahun kemudian saya mendapatkan kesempatan untuk berangkat ke Taiwan.

Mewakili Suara.com kami rupanya mendapatkan undangan langsung dari pemerintah Kota Taipei.

Kabar bahagia ini langsung kami sambut dengan suka cita.

Pihak Global Worker's Organization menyampaikan kepada kami bahwa ingin mengundang banyak kawan media untuk memperkenalkan wisata halal di Taiwan.

Lebaran hari kedua jatuh pada Kamis (6/6/19), akhirnya kami berangkat menuju Taipei, Taiwan dengan maskapai China Airlines.

Betapa takjubnya kami saat menempati kursi penumpang di pesawat China Airlines.

Belum lagi keramahan dari kru kabin China Airlines membuat kami betah selama perjalanan.

Perjalanan kali ini kami tempuh selama 5 jam dari Jakarta menuju Taipei.

Tiba di Taipei waktu telah menunjukkan pukul 22.00 malam.

Kami langsung diajak menuju The Howard Plaza Hotel Taipei.

Meski sudah larut malam, rasa lelah kami langsung hilang saat disambut ramah oleh petugas hotel.

Bangunan berwarna merah bata ini sekilas dari luar tampak seperti gedung-gedung di Eropa, megah dan memikat mata.

Berjalan menuju kamar, kami sedikit terbayang bagaimana mewahnya kondisi kamar The Howard Plaza Hotel, Taipei ini.

Benar saja, memasuki kamar hotel kami dibuat takjub dengan seisi ruangan.

The Howard Plaza Hotel. (Suara/Arendya)

Kamarnya yang luas, pencahayaanya hangat, serta fasilitasnya membuat kami cukup terpana.

Di negara dengan penduduk minoritas muslim, hotel ini menghadirkann banyak fasilitas muslim friendly.

Salah satunya yang kami temui di sini ada sajadah, jadwal waktu shlat dan petunjuk arah kiblat.

Setelah satu malam tidur dengan nyenyak, esok paginya, Jumat (8/6/19) kami bergegas menuju Dragon Boat Festival di Dajia Riverside Park.

Berhubung sedang ada perayaan festival, warga Taiwan libur hingga akhir pekan mendatang.

Dragon Boat Festival ini menjadi salah satu acara tahunan yang selalu diadakan setiap musim panas.

Acara ini juga menjadi salah satu rangkaian Bakchang Festival.

Dragon Boat Festival. (Arendya/Suara)

Tradisi atau festival ini diadakan untuk mengenang jasa dari tokoh bersejarah Qu Yuan yang berkorban dengan bunuh diri di sungai.

Karena sangat disayangi oleh warganya, banyak dari mereka yang enggan jenazah Qu Yuan dimakan oleh ikan.

Akhirnya sambil terus mendayung perahu, warga memasukkan makanan bakchang ke dalam sungai.

Dengan harapan ikan-ikan akan memakan bakchang bukan jenazah Qu Yuan.

Suasana di Dajia Riverside Park begitu ramai.

Peserta dan penonton saling bersorak sorai semangat

Kami juga sempat bertemu dengan salah seorang siswa asal Indonesia bernama Jawad yang sedang menempuh pendidikan di Taiwan.

Menurut Jawad, ini adalah kali pertama dirinya menonton Dragon Boat Festival.

Pria asal Solo, Jawa Tengah ini sangat menikmati festival tersebut, belum lagi dirinya mengajak teman-temannya untuk ikut menonton.

"Selama satu tahun sekolah di sini, baru sekali ini saya nonton, meriah sangat seru," ungkap Jawad.

Kami juga sempat meminta pendapatnya tentang Taiwan sebagai negara ramah wisatawan muslim, Jawad membenarkan hal tersebut.

"Jadi, dulu belum seperti sekarang, Taiwan sekarang punya banyak musala di beberapa sudut kota bahkan. Makanan halal juga sekarang ada ratusan dan sangat aman, " imbuh Jawad.

Kala itu cuaca begitu panas, namun kami tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya.

Untuk melepas dahaga kami akhirnya diajak berkunjung ke kedai Ice Monster.

Kedai Ice Monster di wilayah Yongkang ini menghadirkan berbagai menu es unik yang wajib Anda coba.

Bukan es serut yang kemudian dituangi sirup, ada salah satu menu di Ice Monster yang menggunakan jus buah mangga langsung.

Ice Monster. (Arendya/Suara)

Buah mangga tersebut dibekukan menjadi balok-balok es kemudian baru dierut dan di akhir penyajian diberi boba serta es krim.

Kemudian kami juga diperlihatkan salah satu menu yang cukup memikat mata yakni unicorn ice.

Warna biru bercampur ungu yang memikat ini sempat membuat kami tak tega menyantapnya.

Bukan berasal dari pewarna buatan, warna cantik unicorn ice ini terbuat dari campuran alga dan lemon.

Lalu, bagaimana rasanya?

Ketika mencoba menyantapnya perlahan, rasanya sungguh di luar ekspektasi.

Lebih dari luar biasa, Ice Monster ini ternyata memang benar-benar memiliki rasa yang lezatnya bukan main.

Lapisan-lapisan es bercampur dengan boba ini begitu meleleh di mulut.

Porsinya yang besar juga cukup membuat kami kenyang dan sukses melepas dahaga kami setelah berpanas-panasan di Dajia Riversider Park.

Kami juga sempat bercakap-cakap dengan Josh Wang selaku Sales and Marketing Manager Ice Monster.

Dirinya mengatakan bahwa seluruh bahan yang digunakan di Ice Monster sangat alami.

Wang juga menambahkan, bahwa berbagai menu di Ice Monster ini telah mendapatkan sertifikat halal dari pemerintah.

"Jadi bagi muslim tidak perlu khawatir, kami membuat berbagai menu ini dengan bahan alami, dan ini dia sertifikat halal kami," ungkap Wang.

Waktu kami menikmati es krim habis, saatnya bergegas menuju tempat lain di Taiwan yang tak kalah penuh kejutan.

Menaiki Sightseeing Bus kami bergegas menuju destinasi berikutnya, yakni Taipei 101 Observatory.

Sightseeing Bus merupakan alat transportasi umum milik pemerintah Taiwan.

Anda juga bisa berkeliling kota menaiki Sightseeing Bus ini dengan membayar 220 dolar baru Taiwan atau senilai Rp 100 ribu.

Menempuh perjalanan sekitar 15 menit, kami akhirnya tiba di Taipei 101 Observatory.

Di sini kami akan naik ke lantai 89 Taipei 101 Observatory dengan menggunakan lift super cepat.

Panorama dari atas Menara 101 Taipei. (Arendya/Suara)

Hanya butuh waktu 37 detik untuk kami tiba di lantai 89.

Saking nyamannya, kami bahkan tidak merasakan guncangan ketika lift melesat cepat menuju puncak Taipei 101 Observatory.

Sensai berada di lift ini sedikit mirip dengan naik pesawat ketika hendak take off dan landing, telinga kami berdengung kencang.

Dalam waktu singkat tibalah kami di lantai 89 dengan ketinggian kurang lebih 508 meter.

Melalui lantai 89 ini kita bisa menikmati panorama Kota Taipei dari ketinggian.

Untungnya cuaca sore itu langit begitu cerah sehingga kami bisa melihat panorama Kota Taipei dari ketinggian dengan jelas.

Di lantai tersebut, Anda juga bisa membeli makanan, minuman serta suvenir khas Menara 101 Taipei.

Bukan hanya lantai 89, pengunjung juga bisa menikmati panorama kota Taipei dari lantai 91.

Jika lantai 89 indoor, bagian dari lantai 91 ini berada di ruang terbuka alias outdoor.

Setelah menikmati panorama dari lantai 91, kami bergegas menuju lantai 88.

Di lantai 88 ini kami menemukan rahasia kekokohan bangunan Menara 101 Taipei.

Ya, ternyata menara terbesar nomor dua di dunia ini dilengkapi dengan Wind Damper.

Bandul raksasa berwarna keemasan inilah yang menjadi penyeimbang bangunan Menara 101 Taipei.

Memiliki berat 600 ton, bandul raksasa ini berfungsi untuk menyeimbangkan bangunan saat ada gempa bumi serta angin topan kencang.

Dari lantai 88, kami kemudian diarahkan kembali menuju lantai 5.

Senang rasanya bisa mengunjungi ikon bangunan Taiwan yang begitu megahnya meski hanya dalam waktu singkat.

Sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, kami sempat menyantap kuliner Halal Taiwan yakni mie sapi.

Kuliner mie sapi di dekat Ximending. (Arendya/Suara)

Mie sapi yang kami cicipi letaknya tak begitu jauh dari area perbelanjaan Ximending.

Kuliner ini begitu unik, karena mie tebal dipadukan dengan daging sapi yang sangat lembut.

Sekilas mirip dengan mie ayam di Indonesia pada umumnya namun cita rasa rempah hidangan ini lebih strong.

Usai puas santap malam dengan mie sapi, kami melanjutkan perjalanan menuju pusat perbelanjaan Ximending.

Kaki mulai sedikit sakit ketika melangkah, namun hal ini tak menghalangi kami untuk tetap berkunjung ke pusat perbelanjaan Ximending.

Perlu Anda ketahui, pusat perbelanjaan Ximending sendiri dulunya juga berfungsi sebagai pasar paling tua di Taiwan.

Dijamin puas di pusat perbelanjaan ini kalian akan dimanjakan dengan berbagai kuliner Taiwan dan suvenir-suvenir unik.

Namun bagi muslim travelers ada baiknya Anda berhati-hati ya, karena ada banyak jajanan non halal juga di sini.

Tapi tenang, Anda bisa dengan mudah pula menemukan banyak makanan halal di Ximending ini.

Puas berjalan-jalan dan membeli buah tangan, kami kemudian kembali ke hotel.

Senang rasanya bisa berkeliling dan menikmati beberapa sudut wisata Halal di Taiwan.

Tak sabar rasanya ingin segera bertemu hari berikutnya untuk kembali menjelajahi keindahan Taiwan lebih dekat lagi.

Nantikan perjalanan Suara.com di Taiwan pada hari selanjutnya ya.

BACA SELANJUTNYA

Nyentrik dan Bikin Warganet Gagal Paham, Ada Pizza Boba di Negara Ini