Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Selasa, 11 September 2018 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Sebagai negara yang kaya akan budaya dan tradisi, ada berbagai cara yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk memperingati perayaan 1 Suro atau 1 Muharram.

Mulai dari memasak sajian seperti bubur Suro, melakukan tirakatan, hingga melakukan semedi, ada berbagai macam unsur budaya Indonesia yang terkandung di dalamnya.

Namun, dari berbagai macam perayaan yang dilakukan untuk memperingati Tahun Baru Islam ini, barangkali Tapa Bisu Mubeng Beteng adalah salah satu yang paling berkesan dan menarik.

Nah, bagi kamu yang belum tahu apa itu Tapa Bisu Mubeng Beteng, yuk simak makna dan fakta-fakta di balik Tapa Bisu Mubeng Beteng seperti yang sudah dirangkum Guideku.com di bawah ini.

Tapa Bisu Mubeng Beteng (wiki.jogjasiana.net)

Arti dari Tapa Bisu Mubeng Beteng

Seperti namanya, Tapa Bisu Mubeng Beteng adalah ritual berjalan kaki mengelilingi benteng yang memagari keseluruhan wilayah Keraton Yogyakarta.

Ritual ini dilakukan tanpa memakai alas kaki dan tanpa berbicara. Kamu juga dilarang makan dan minum saat ritual ini sedang berlangsung.

Sebenarnya untuk merayakan tahun baru Jawa

Walau sama-sama dilakukan pada tanggal 1 Suro, ritual ini sebenarnya dilakukan berdasarkan penanggalan dalam kalender Jawa, bukan kalender Hijriyah.

Tradisi ini merupakan perpaduan kultur Jawa-Islam yang dimulai ketika pembangunan benteng Keraton selesai pada tanggal satu Suro 1580.

Di zaman dulu, ritual ini dilakukan untuk memastikan Keraton aman dari ancaman musuh.

Agenda ritual Tapa Bisu Mubeng Beteng

Acara ini biasanya akan diawali dengan pembacaan macapat dan kidung Jawa.

Setelah itu, para abdi dalem Keraton akan melakukan persiapan dengan membawa panji-panji Keraton Jogja.

Ritual ini biasanya dimulai saat tengah malam tiba, tepat saat suara lonceng yang terletak di Regol Kaben berdentang 12 kali.

Namun, untuk tahun ini, acara akan dimulai dengan pembacaan macapat pada pukul 20.00 WIB di Pancaniti Keraton Jogja.

Sementara itu, ritual Mubeng Betengnya sendiri akan dilakukan pada pukul 23.00 WIB.

Tapa Bisu Mubeng Beteng (nugrohokuthit)

Makna di balik Tapa Bisu Mubeng Beteng

Walau melelahkan, tentu saja kegiatan ini bukan tanpa makna.

Tapa Bisu Mubeng Beteng bertujuan untuk mendoakan keselamatan lahir dan batin bagi bangsa, negara, keluarga, hingga diri sendiri.

Ritual ini juga diliputi keheningan agar kamu bisa melakukan introspeksi terhadap diri sendiri, menghilangkan perbuatan yang negatif, dan bersyukur atas kehidupan yang ada.

Maka, tidak heran jika sepanjang perjalanan ini kamu harus benar-benar tenang dan khusyuk dalam mengikuti prosesi acara.

Rute Tapa Bisu Mubeng Beteng

Buat kamu yang berniat ikutan, ketahuilah kalau rute Tapa Bisu Mubeng Beteng ini cukup panjang juga, yaitu sekitar empat kilometer.

Akan dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk menyelesaikan ritual ini.

Rute yang akan dilewati adalah Pelataran keben - Jl. Rotowijayan - Jl. Kauman - Jl. Agus Salim -Jl. Wahid Hasyim - Suryowijayan - Pojok Beteng Kulon - Jl. Letjen M. T. Haryono - Jl. Mayjen Sutoyo - Pojok Bentang Wetan - Jl. Brigjen Katamso - Jl. Ibu Ruswo sebelum berakhir di Alun-Alun Utara.

Kamu juga bisa ikutan!

Pada umumnya, yang melakukan Tapa Bisu Mubeng Beteng ini adalah para abdi dalem saja, sementara para anggota kerajaan tidak ikut bergabung.

Namun, masyarakat umum yang mau bisa ikut bergabung. Syaratnya, kamu cukup berpakaian sopan dan rapi serta mengikuti ketentuan yang sudah ada di atas.

Sementara bagi kamu yang nggak bisa ikutan langsung, kamu bisa menyaksikan siaran langsungnya lewat akun twitter dan Periscope @kratonjogja, kok!

BACA SELANJUTNYA

6 Fasilitas yang Bisa Wisatawan Jumpai di Keraton Yogyakarta