Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito | Arendya Nariswari : Sabtu, 07 Desember 2019 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Cuaca di Yogyakarta pagi ini, Jumat (6/12/19) sedikit mendung tak seperti biasanya. Pagi itu saya berdiri tak jauh dari Tugu Pal Putih sambil terus membidik foto lewat kamera ponsel.

Gagahnya Tugu Pal Putih ini memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Ketika malam tiba, tidak sedikit turis yang beramai-ramai mengelilingi Tugu Pal Putih ini.

Sebagian besar ingin mengabadikan momen berfoto dengan latar belakang ikon bersejarah Kota Yogyakarta tersebut.

Usut punya usut, Tugu Pal Putih ini ternyata sudah menjadi saksi bisu berkembang pesatnya Kota Yogyakarta sejak 3 abad yang lalu.

Tugu Pal Putih, atau Tugu Yogyakarta ini sendiri dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755. Ya, Tugu Pal Putih ini dibuat setelah pembangunan Keraton Yogyakarta rampung.

Tugu Pal Putih dan miniaturnya. (Guideku/Arendya)

Jika Anda pernah menyambangi Keraton Yogyakarta, wisatawan dapat melihat keunikan di balik letak Tugu Pal Putih ini.

Bagi Anda yang belum tahu, Tugu Pal Putih ini begitu unik karena lokasinya berada satu garis dengan Keraton Yogyakarta, Laut Selatan dan Gunung Merapi.

Dahulu, ketika pertama kali selesai dibangun, Tugu Pal Putih ini bentuknya belum seperti yang kita lihat sekarang. Ketika dibangun, Tugu Pal Putih ini berbentuk golog gilih.

Nah, Gilig sendiri memiliki arti silinder, sedangkan Golog berbentuk bak bola pejal. Hal inilah yang mengacu pada bentuk asli tugu yakni berbentuk silindris dan menyangga bola pejal.

Menurut kepercayaan masyarakat, bentuk Tugu Pal Putih ini memiliki makna pesatuan di antara Keraton Yogyakarta dan juga rakyatnya.

Setelah 100 tahun dibangun, Tugu Pal Putih sempat runtuh karena gempa hebat yang melanda Kota Yogyakarta.

Miniatur Keraton Yogyakarta di Tugu Pal Putih. (Guidekuy/Arendya)

Pasca gempa bumi dahsyat tersebut, Tugu Pal Putih hancur menjadi tiga bagian dan sempat terbengkalai.

Di tahun 1889, akhirnya pemerintah Belanda memperbaiki Tugu Pal putih. Saat itu perbaikan Tugu Pal Putih berada di bawah pengawasan Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V.

Dahulu, Tugu Pal Putih yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I ini memiliki ketinggian 25 meter.

Tetapi saat rusak kemudian dibangun kembali oleh Belanda, tinggi dari Tugu Pal Putih berubah menjadi l15 meter. Tak hanya ketinggiannya saja yang berubah, bentuk dari Tugu Pal Putih ini juga menjadi runcing.

Hal tersebut dilakukan oleh Belanda dengan maksud meregangkan hubungan antara Keraton Yogyakarta dan rakyatnya. Tetapi warga Yogyakarta pada waktu itu segera menyadari niatan buruk Belanda.

Tugu Golog Gilig. (Guideky/Arendya)

Tak lama kemudian, tugu yang baru tersebut diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1889 dan dinamai Tugu Pal Putih.

Terdapat sejumlah simbol terlihat di Tugu Pal Putih ini, di antaranya yakni Bintang David enam sudut, titik emas, sudut meruncing serta daun loto.

Puncak berbentuk spiral bak tanduk unicorn inilah yang menjadi daya tarik dari Tugu Pal Putih tersebut.

Tugu Pal Putih ini beralamat di persimpangan Jalan Sudirman, Jalan AM Sangaji, Jalan Diponegoro serta Jalan Mangkubumi.

Waktu terbaik menyambangi Tugu Pal Putih ini adalah di malam hari. Bukan tanpa alasan, selain Anda bisa melihat gagahnya Tugu Pal Putih disorot lampu, travelers dapat menikmati berbagai atraksi jalanan hingga kuliner malam seperti angkringan yang letaknya tak jauh dari ikon Kota Yogyakarta ini.

BACA SELANJUTNYA

Menikmati Hujan di Hutan dari Cafe Kaca bak Negeri Dongeng, Cuma 1 Jam dari Kota Bandung