Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito : Jum'at, 01 November 2019 | 17:02 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Sekaten 2019 tidak ada pasar malam, melainkan akan pamerkan sejarah Raja pertama Jogja.

Hajad Dalem Sekaten tahun 2019 siap kembali digelar tahun ini.

Seperti "dawuh" atau perintah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Yogyakarta, Sri Sultan HB X, rangkaian kegiatan Sekaten yang dihelat mulai 1 November hingga 10 November ini lebih menitikberatkan pada acara yang berkaitan dengan sejarah pendiri sekaligus raja pertama Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB I.

"Tidak ada lagi tong setan, kebisingan orang berjualan karena memang alun-alun sepi, mboten wonten pasar malam (tidak ada pasar malam-red). Tahun ini dawuh dari Ngarso Dalem (Sultan HB X) untuk mengingatkan kembali inti dan pokok dari sekaten tersebut, yaitu bukan pasar malam namun sekatennya sendiri," ungkap Wakil Ketua Panitia Pameran Sekaten 2019, GKR Bendara disela soft launching Sekaten 2019 di Siti Hinggil, Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jumat (1/11/2019), seperti dikutip dari Suara.com.

Pameran Sekaten Yogyakarta 2019 tampilkan Kanjeng Kyai Tandu Lawak milik Sri Sultan HB I. (Suara.com/Putu Ayu)

Dengan konsep yang baru berupa pameran Sekaten yang bertema cerita biografi kehidupan, perjuangan serta peninggalan sejarah Raja Pertama Keraton Yogyakarta, pihak Keraton mencoba meng-upgrade Sekaten yang selama 30 tahun terakhir tidak berubah. Meski pengunjung Sekaten banyak yang datang, tidak ada informasi lebih yang bisa mereka peroleh dari kegiatan tersebut.

Karenanya tahun ini, pihak Keraton mendedikasikan Pameran Sekaten sebagai salah satu kegiatan utama dalam rangkaian Sekaten. Diharapkan dengan memajang berbagai manuskrip dan benda-benda bersejarah dari Sri Sultan HB I, masyarakat dan pengunjung Sekaten akan mendapatkan nilai lebih dari hajad dalem tahunan ini.

"Kalau tahun ini kami memamerkan tentang kehidupan Sri Sultan HB I, tahun depan ganti dengan tema Sri Sultan HB II," jelasnya.

Pameran Sekaten Yogyakarta 2019 tampilkan manuskrip Perjanjian Giyanti. (Suara.com/Putu Ayu)

Yang menarik, ada dua masterpiece peninggalan Sultan HB I yang hanya bisa dilihat satu hari saja saat pembukaan Sekaten. Yakni manuskrip Babad Ngayogyakarta serta Kanjen Kyai Tandhu Lawak. Yang tak kalah bersejarah adalah naskah Perjanjian Giyanti yang menjadi awal pembagian Mataram menjadi Yogyakarta dan Surakarta.

Manuskrip Babad Ngogyakarta berisi tentang beragam biografi dan filosofi kehidupan Sultan HB I yang ditulis pasca wafat. Sementara Kanjeng Kyai Tandhu Lawak merupakan tandu yang digunakan Sultan HB I sebagai kendaraan saat usia senjanya.

"Tandu ini mengantarkan Sultan menuju Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Untuk mengusung tandu ini butuh delapan abdi dalem," imbuhnya.

Kontributor: Putu Ayu Palupi

SUARA.com/M. Reza Sulaiman

BACA SELANJUTNYA

Menelusuri Fakta dan Legenda Taman Sari, Destinasi Wisata Liburan Akhir Tahun di Yogyakarta