Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito | Fitri Asta Pramesti : Senin, 03 Februari 2020 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Mengusung tajuk Malioboro Imlek Carnival, gelaran karnaval yang merupakan program dari Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2020 berhasil dilangsungkan pada Minggu (2/2/2020), kemarin.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, karnaval yang mengambil rute sepanjang Jalan Malioboro hingga perempatan Nol Kilometer Yogyakarta ini digelar saat malam hari.

Beruntung, tim Guideku.com berkesempatan untuk menjadi satu di antara jutaan pasang mata yang menjadi saksi kemeriahan acara karnaval yang menampilkan aneka ragam kebudayaan Tionghoa ini.

Malioboro Imlek Carnival tahun ini dijadwalkan mulai dari pukul 18.00 dan berakhir pada pukul 22.30 WIB.

Sedikit cerita, sedari siang kawasan Kota Yogyakarta diguyur hujan. Hal ini sempat membuat kami khawatir apakah hujan akan terus turun, mengingat saat itu sore menjelang dan hujan belum juga mau hilang.

Malioboro Imlek Carnival 2020. (Guideku.com/ Asta Pramesti)

Namun, kekhawatiran kami segera hilang karena hujan mulai reda sekitar pukul setengah enam sore. Tak perlu berlama-lama, tim Guideku.com langsung tancap gas ke Malioboro.

Sampai di sana, kami disambut oleh kerumunan orang-orang yang juga ingin menonton karnaval. Penonton kompak berbaris di sepanjang jalan Malioboro hingga titik Nol Kilometer.

Sekitar pukul 18.00 lebih sedikit, Malioboro Night Carnival resmi dimulai yang ditandai dengan arak-arakkan peserta karnaval yang mulai berjalan dari Taman Parkir Abu Bakar Ali.

Samar-samar dari kejauhan, suara musik Barongsai dan Liong mulai terdengar. Barongsai dan Liong menempati posisi paling depan pada urutan karnaval malam ini.

Perlahan tapi pasti, rombongan karnaval yang terdiri dari 11 peserta pun mulai berjalan sekaligus tampil di hadapan para penonton di sepanjang jalan Malioboro.

Adapun 11 peserta karnaval tersebut menampilkan beragam pertunjukkan mulai dari Barongsai, Drumband, Tarian, Kungfu, hingga Koko Cici 2020.

Saking banyaknya, penonton tak hanya berbaris di trotoar namun juga membludak hingga turun ke jalan Malioboro.

Para panitia pun harus rajin-rajin mengingatkan penonton supaya tidak terlalu mendekat ke para peserta karnaval dengan alasan keselamatan.

Jelang sampai di Titik Nol Kilometer, rombongan peserta karnaval harus berhenti cukup lama guna mempersiapkan diri untuk tampil di depan pangungg utama yang didirikan di sudut kanan perempatan Titik Nol Km.

Malioboro Imlek Carnival 2020. (Guideku.com/ Asta Pramesti)

Di perempatan itulah, para peserta satu-persatu unjuk gigi menampilkan sesuatu yang spesial di hadapan para tamu undangan serta masyarakat penonton Malioboro Imlek Carnival 2020.

Sesuai urutan, penampilan dimulai dengan atraksi Barongsai dan Lion Hoo Hap Wae, disusul oleh Drumband Baladika Arhanud 15, kemudian rombongan Maskot Shio Tikus dan Koko Cici yang menyapa para penonton.

Tak hanya itu, kawasan Titik Nol segera diramaikan kembali dengan penampilan budaya khas Tionghoa yakni Kungfu, Wushu, dan beraneka macam tarian seperti tarian Long Di Gu Xiang, tarian One Mission for the World, hingga tarian Tibet.

Malioboro Imlek Carnival 2020. (Guideku.com/Asta Pramesti)

Tak hanya budaya Tionghoa saja, pada karnaval ini juga turut menampilkan budaya Jawa yakni aksi Reog Ponorogo dan Kuda Lumping.

Penonton pun tiada habisnya dibuat terpukau dengan ragam suguhan peserta karnaval memiliki durasi tampil 7 hingga 10 menit per peserta.

Setelah semua peserta tampil, penonton masih diberi satu suguhan lagi berupa pesta kembang api yang yang sekaligus menjadi penutup gelaran karnaval ini.

Sekitar pukul 10 malam selepas nyala kembang api terakhir, Malioboro Imlek Karnival tahun ini pun resmi ditutup.

Para penonton pun berangsur-angsur pergi dengan membawa rona bahagia di wajah. Sekali lagi, Malioboro Imlek Carnival menjadi bukti bahwa keberagaman bisa bersatu dan membentuk harmoni yang cantik.

Sampai jumpa di Maliboro Imlek Carnival 2021!

BACA SELANJUTNYA

Bale Kanoman: Kuliner Bernuansa Jawa yang Menggoda di Tengah Kota Jogja