Jum'at, 29 Maret 2024
Silfa Humairah | Arendya Nariswari : Sabtu, 09 Mei 2020 | 12:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Belakangan, publik dikejutkan oleh berita dari salah satu agregator hotel bertarif murah di Indonesia, Airy. Pasalnya di tengah gejolak pandemi virus corona, Airy menyatakan diri resmi menghentikan kegiatan operasionalnya secara permanen.

Dihimpun Suara.com dari laman Tech in Asia, Jumat (8/5/2020), Airy menjelaskan bahwa pandemi virus corona telah mengancam hampir seluruh sektor bisnis termasuk pariwisata.

"Kami telah melakukan upaya terbaik demi mengatasi dampak bencana internasional ini. Namun mengingat penurunan teknis yang signifikan dan pengurangan sumber daya manusia yang kami miliki saat ini, kami telah memutuskan untuk berhenti berkegiatan bisnis secara permanen," sebut perusahaan melalui email.

"Karena alasan ini, setelah 31 Mei 2020, Kami tidak dapat menyediakan layanan (lagi) untuk semua mitra kami," imbuh Airy.

Pihak Tech in Asia, telah mencoba menghubungi Airy untuk dimintai keterangan. Namun, juru bicara enggan memberikan info lebih terkait masalah tersebut.

Tutupnya Airy secara permanen mengikuti startup logistik bernama Stoqo. Stoqo sendiri telah terlebih dahulu tutup diduga akibat pandemi virus corona.

Dok. Airy Rooms

Bulan Maret lalu, Tech in Asia sempat mewawancarai Louis Alfonso Kodoatie selaku CEO Airy. Dirinya mengatakan bahwa Airy berusaha memutar profitabilitas untuk mengurangi dampak pandemi virus corona yang telah mempengaruhi tingkat hunian Airy.

"Kami optimis pandemi akan segera teratasi dan industri perjalanan dapat pulih," ungkap Kodoatie pada waktu itu. "Dengan teknologi dan kualitas layanan yang tepat, kami yakin bahwa Airy dapat kembali lebih cepat dan memulihkan bisnis kami seperti sebelumnya."

Tetapi yang terjadi, dilaporkan bahwa bulan lalu, perusahaan tersebut memberhentikan kurang lebih 70 persen dari stafnya.

Didirikan sejak 2015 lalu, Airy telah memiliki 2.000 jaringan properti dengan lebih dari 30.000 kamar. Perusahaan tersebut juga merupakan mitra strategis dari Traveloka.

Industri perjalanan dan perhotelan telah berjuang untuk bertahan hidup sejak pandemi virus corona mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan bepergian hampir ke seluruh dunia.

Didukung oleh SoftBank, Oyo juga mengalami penurunan 50% sampai dengan 60 % pendapatan yang membuat perusahaan menerapkan pemotongan gaji dan cuti terhadap karyawannya.

RedDoors, startup hotel hemat yang berbasis di Singapura juga dikabarkan telah menawarkan cuti sementara kepada para stafnya, dan memberhentikan kurang dari 10% total tenaga kerja mereka.

BACA SELANJUTNYA

Dinilai Mendadak, Protokol Kesehatan Baru Buat Pariwisata Terguncang