Senin, 06 Mei 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Rabu, 12 Desember 2018 | 19:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Melestarikan sebuah budaya bukanlah hal yang berkonotasi negatif. Namun, lain halnya jika budaya yang dimaksud mengandung unsur penyiksaan binatang atau animal abuse.

Budaya yang dimaksud adalah Pacu Jawi, sebuah atraksi balapan sapi yang biasanya dilakukan selepas panen di daerah Tanah Datar, Sumatra Barat.

Budaya Sumatra yang satu ini dilakukan di areal persawahan, di mana sapi-sapi yang ada akan dipasangkan dan dipacu untuk berlari melintasi sawah.

Dikatakan, seseorang akan keluar sebagai juara jika dapat membuat sepasang sapi miliknya berlari secara lurus dan cepat.

Namun, apa yang menjadi pro-kontra dan menimbulkan perdebatan soal penyiksaan binatang adalah bagaimana cara para pemacu sapi membuat sapi-sapi mereka berlari lebih kencang.

BACA JUGA: Makan Daging Anjing Sayur Kol, 7 Fakta Miris Daging Anjing

Tak jarang para pemacu sengaja menggigit ekor sapi agar hewan tersebut dapat berlari lebih kencang.

Semakin kuat gigitan si pemacu, maka semakin kencang pula sapi-sapi miliknya akan berlari.

Hal inilah yang membuat beberapa warganet sontak mengkritik budaya Pacu Jawi.

Beberapa komentar yang ada menyebutkan bahwa mereka merasa kasihan dengan sapi-sapi tersebut. Ada juga yang menyebutkan, ''Iya ini salah satu animal abuse''.

BACA JUGA: Wow, Untungnya Bisnis Ternak Kecoa!

Komentar lainnya berkata, ''Sy pelihara dan mempekerjakan sapi sehari-hari tp sy gak tega memaksa hewan (sapi) saya utk disiksa seperti itu, kasihan...''

''Ada adat budaya yg harus dijaga dan dilestarikan, namun ketika itu merugikan mahluk lain... sedikit dirubah tidaklah merugikan. Berhenti menyiksa hewan dengan dalih kebudayaan.''

Meski begitu, ada juga yang berpendapat bahwa budaya Pacu Jawi ini masih pantas dilestarikan karena dirasa unik dan dapat menarik wisatawan.

Kalau menurutmu bagaimana, travelers?