Jum'at, 03 Mei 2024
Dany Garjito : Selasa, 22 Oktober 2019 | 20:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dalam keterangan pada spanduk itulah, mau pesan hanya satu jenis alat musik pun bisa, tak melulu harus harus pesan satu set.

"Yang punya ini Pak Tri, putra ketiga. Saya di sini cuma membantu," ungkapnya merendah.

Permadi, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa usaha gamelan milik orang tuanya itu sudah berdiri sejak 1985. Sebelumnya, usaha itu dirintis oleh Simbah, kakeknya.

Membuat gamelan tak bisa sembarang. Istilah yang meluncur dari Permadi adalah ati kudu ayem (atau hati harus tenteram). Utamanya kala membuat gong.

"Kalau perasaan lagi tidak mood, itu pengaruh. Kalau tidak mood, saya minta perajin kerjakan yang lain saja, jangan buat gong," ungkapnya.

Seorang perajin rumah gamelan Bondho Gongso tengah mengerjakan instrumen musik tradisional Jawa itu [Suara.com/Uli Febriarni].

Menurut Permadi, kehati-hatian dan penggunaan feeling berlaku kala membuat semua alat musik yang menjadi bagian dari set gamelan, bukan hanya gong. Hanya diakuinya, membuat gong butuh sensitivitas tinggi.

Begitu juga gendang, yang di Jawa lebih dikenal dengan nama kendang. Baik gong dan kendang sama-sama perlu dicari kesesuaian nada.

"Kalau hanya membuat bentuk, itu mudah. Yang susah itu mencari nada. Untuk kendang, kalau kulit terlalu tebal tidak bunyi, terlalu tipis mudah rusak," jelasnya.

Laman berikut adalah kisah sedikit menggelikan soal pesanan gamelan. Juga suka-duka terus bertahan mengerjakan gamelan dengan kebijakan pemerintah.

BACA SELANJUTNYA

Viral Kisah Apartemen di Jogja, Area Parkir Penuh tapi Sepi Orang