Jum'at, 26 April 2024
Silfa Humairah : Senin, 30 Maret 2020 | 10:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Mulai dari budaya, tradisi hingga bahasa menjadi kekayaan Indonesia karena terdiri dari banyak aneka ragamnya di tiap provinsi dan kota-kota berbeda-beda. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, ada salah satu budaya yang masih diyakini oleh sebagian kelompok masyarakat sejak zaman nenek moyang. Seperti Petilasan Mbang Lampir di Gunungkidul.

Budaya tersebut adalah kepercayaan terhadap nenek moyang atau yang dikenal dengan istilah dinamisme. Meski demikian, budaya tersebut diartikan sebagian orang untuk meminta pertolongan atau wangsit kepada arwah nenek moyang.

Para pelaku pesugihan ini akan melakukan ritual di sebuah tempat keramat yang dikenal dengan nama petilasan dilansir Guideku.com dari Keepo.me.

Di tempat inilah konon arwah dari nenek moyang dapat mengabulkan segala permintaan dari para peziarah. Salah satu petilasan yang terkenal akan kemanjurannya adalah Petilasan Mbang Lampir yang terletak di Dusun Blimbing, Desa Gerakar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Ilustrasi berdoa. (Unsplash/Nathan Dumlao)

Konon, banyak caleg ataupun peserta CPNS yang kerap mengunjungi tempat ini dan akhirnya berhasil. Lantas, seperti apa Petilasan Mbang Lampir ini? Dilansir dari Tribunnews.com, berikut ini ulasannya untuk kamu semua. Yuk, Keepo!

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kalau Petilasan Mbang Lampir atau yang juga disebut Kembang Lampir ini kerap dikunjungi oleh para caleg dan peserta seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Mereka datang tentu saja dengan harapan agar keinginan mereka, baik yang menjadi anggota legislatif maupun pegawai negeri sipil dapat terwujud.

Menurut keyakinan warga sekitar, barang siapa yang memanjatkan doa di sana kemungkinan besar harapannya akan terkabul. Hal itu membuat Petilasan Mbang Lampir menjadi salah satu tempat favorit para peziarah untuk memanjatkan doa dan harapannya.

Mereka datang jam berapa saja, bahkan ada yang datang jam 03.00 pagi. Saat datang memang ada syaratnya, yaitu harus membawa bunga, rokok, dan dupa.

Selain para caleg, para peserta seleksi CPNS pun sering mengunjungi tempat ini. Mereka bahkan banyak yang berasal dari
Sumarto menuturkan kalau waktu pertapaan dari para peziarah berbeda-beda. Ada yang hanya bertapa selama satu jam, ada pula yang bertapa hingga 50 hari.

Mulai dipugar tahun 1977, kondisi dari petilasan pun terbilang cukup terawat. Tempat ini sudah dilengkapi tempat juru kunci serta fasilitas umum semisal toilet. Sementara itu, untuk menuju tempat bertapa, para peziarah harus melalui beberapa anak tangga.

Sesampainya di sana, para peziarah akan melihat batu yang berada di tengah-tengah petilasan serta dikelilingi oleh pembatas yang terbuat dari kayu.

BACA SELANJUTNYA

5 Tempat Wisata Hits di Bandung Cocok untuk Libur Akhir Tahun