Kamis, 02 Mei 2024
Vika Widiastuti | Arendya Nariswari : Minggu, 20 Oktober 2019 | 22:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Sore itu, semilir angin mengiringi langkah saya menuju venue acara Biennale Jogja 2019 di Jogja National Museum (JNM). Melewati panggung utama, saya disambut ramah oleh ketiga personel girlband AMUBA.

Tampak salah satu personel AMUBA dengan perawakan tinggi semampai dan baju hitam ketat melekat di tubuhnya.

Sembari duduk, Jessica Ayu tampak tenang ketika dikepang oleh rekan personel AMUBA lainnya yakni Nike Faradila.

Sementara itu, Vanessa Morris terlihat ramah menyambut saya dan berbincang-bincang tentang terbentuknya girband bernama Amuba ini.

Mereka tampak sedang bersiap untuk tampil di atas panggung pembukaan Biennale Jogja 2019 malam hari nanti.

AMUBA mungkin kedengarannya sedikit asing ditelinga Anda para penikmat musik.

Personel AMUBA sedang bersiap untuk tampil di Biennale Jogja 2019. (Suara/Arendya)

Bagi sebagian besar, mungkin lebih mengenal amoeba sebagai spesies makhluk yang berukuran kecil dan mampu membelah diri.

Namun siapa sangka, AMUBA ini merupakan girlband pertama yang beranggotakan sesama waria.

Ya, benar, Anda tidak salah dengar, girlband yang beranggotakan Tamara Pertamina, Jessica Ayu, Vanessa Moriz, dan Nike Faradila ini adalah sesama waria.

Tamara Pertamina-lah yang pertama kali menjadi inisiator terbentuknya girlband AMUBA pada tahun 2012.

"Jadi AMUBA itu memiliki arti seperti memberikan semangat yang akhirnya terbelah dan menempel kepada queer lain gitu. Inginnya kami juga menunjukkan kepada masyrakat jangan pandang waria sebelah mata," sebut Vanessa.

Awalnya, mereka ingin membuat sebuah terobosan baru, di mana biasanya waria lebih terbiasa dengan penghasilan yang terbilang instan (sebagian besar memiliki profesi sebagai pengamen dan juga pekerja seks).

"Iya di samping manggung dari satu ke tempat lain, kami juga punya kesibukan masing-masing. Saya sendiri sehari-hari sekarang lebih fokus mengelola bisnis saya di bidang kuliner, yang lain masih ada ngamen atau sebagai pekerja seks gitu" tutur Vanessa kepada Guideku.com, Minggu (20/10/19).

Seiring berjalannya waktu, ternyata kreatiftas keempat personel girlband AMUBA dari Yogyakarta ini membuahkan hasil.

Dari panggung ke panggung, nama AMUBA mulai melejit. Tak ketinggalan, keempat personel ini selalu kompak dengan tampilan yang nyentrik dan lagu penuh makna.

Bukan membawakan lagu dari orang lain, musik yang dibawakan AMUBA sangat spesial.

AMUBA sendiri telah memiliki 4 lagu yang dikarang sendiri bersama rekan sesama seniman mereka.

Jessica, yang merupakan personel termuda dalam girlband waria itu mengatakan, bahwa lagu mereka sarat akan makna dan kisah mendalam.

Vannesa Moriz salah seorang personel dari girlband AMUBA. (Suara/Arendya)

Bukan hanya untuk kaum minoritas saja seperti waria, melainkan seluruh lapisan masyarakat.

"Open The Sky, ini punya makna tentang penerimaan terhadap diri kita sendiri sebagai kaum minoritas, kemudian Isyarat Hati dengan cerita cinta kasih di dalamnya. Lalu ada All Control The Religion, semua sistem masyarakat di Indonesia ini mengapa dikontrol sekali oleh agama, kita dituntut untuk menggunakan akal, lalu judul lagu terakhir yakni Don't Judge ini berkaitan dengan penindasan kaum minoritas gitu, pokoknya meaning banget deh," imbuh Jessica.

Ketika ditanya soal harapan, mereka ingin lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan jika memungkinan di dunia internasional.

Rencananya pada acara Biennale Jogja 2019 ini, mereka akan tampil berempat dan membawakan empat buah lagu.

Berhubung Tamara Pertamina sedang ada keperluan di London, penampilan mereka dalam acara Biennale Jogja 2019 akan diwakili oleh salah seorang personel lain bernama Cipi.

Semangat untuk AMUBA, semoga sukses selalu dalam meramainan industri musik di Indonesia. 

BACA SELANJUTNYA

Viral! Video Turis Perempuan di Bali Naik Motor Tak Pakai Celana di Jalan Umum