Minggu, 28 April 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Rabu, 12 September 2018 | 14:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Sungai berwarna keruh itu mengalir tak jauh dari Situs Lawang Sanga Cirebon.

Airnya yang tenang sekilas memperingatkan siapa pun agar tak memasuki kawasan tersebut jika tak ingin keselamatan jiwanya terancam.

Masyarakat setempat meyakini sungai itu merupakan tempat berdiam seekor buaya putih yang telah hidup lebih dari ratusan tahun.

Buaya putih yang konon menghuni Sungai Kriyan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat tersebut diyakini sebagai penjaga situs Lawang Sanga.

Menurut kepercayaan masyarakat, buaya itu merupakan jelmaan salah seorang putra Sultan Sepuh I Syamsudin Martawijaya.

Kutukan itu bermula ketika sang anak, Elang Angka Wijaya menolak dinasihati sang ayah agar tak lagi makan sembari tengkurap. Namun Elang Angka Wijaya tak menggubris nasihat ayahnya.

Berkali menasihati dan tak digubris sama sekali, sultan merasa jengah dan keceplosan menyebut kebiasaan anaknya menyerupai seekor buaya.

Konon sang sultan yang diyakini sebagai orang sakti, ucapannya mudah berbuah kenyataan. Maka berubahlah Elang Angka Wijaya menjelma seekor buaya putih.

Konon dahulu kala, buaya putih jelmaan anak sultan itu hidup di lingkungan keraton, tepatnya di salah satu kolam yang berada di sekitar Lunjuk Keraton Kasepuhan.

Namun seiring pertumbuhannya, buaya putih itu berpindah dan akhirnya mendiami Sungai Kriyan yang tak jauh dari kepatihan keraton.

Hingga hari ini, masyarakat setempat masih meyakini legenda turun-temurun ini.

Bahkan masyarakat memiliki tradisi khusus ketika melihat sosok buaya putih di Sungai Kriyan.

Masyarakat akan menggelar adat lempar tumpengan sebagai simbol saling menjaga lingkungan.

BACA SELANJUTNYA

Inilah Ampo, Kuliner Tanah Liat dari Cirebon yang Mendadak Viral