Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Kamis, 14 Maret 2019 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Konflik horizontal antara militer dan sipil pada tahun 1970-an merupakan salah satu babak paling kelam dalam sejarah berkenegaraan Kamboja.

Saat itu, jutaan masyarakat Kamboja tewas dibantai anggota bersenjata berhaluan komunis radikal, Khmer Merah.

Khmer Merah pimpinan diktator brutal, Pol Pot mencoba mengubah Kamboja menjadi negara pertanian dan menghapuskan segala pengaruh barat di negeri itu.

Di puncak kejayaannya, Khmer Merah mengosongkan kota-kota, pabrik hingga sekolah. Jutaan rakyat Kamboja dituntut melakukan kerja paksa mengurus lahan pertanian. Banyak dari mereka yang mati akibat kelaparan, penyakit dan dibunuh militer Khmer Merah secara membabi buta.

Khmer Merah juga membantai warga yang dianggap sebagai kaum intelektual dan memiliki kemampuan berbahasa asing.

Tak terkecuali para pekerja profesional termasuk mereka yang dianggap melek soal kepemilikan barang teknologi macam kacamata dan jam, tak luput dari kekejaman Khmer Merah.

(Wikimedia Arian Zwegers)

Arsip tentang pembantaian mengerikan tersebut kini diabadikan dalam komplek Choueung Ek Genocidal Center atau dikenal juga sebagai Killing Fields.

Di komplek ini, para pengunjung dapat melihat kuburan massal serta kumpulan tulang belulang korban pembantaian Khmer Merah. Tak hanya itu, alat-alat untuk membunuh para korban macam kayu, balok hingga palu juga tersimpan rapi.

(Wikimedia Adam Jones)

Para wisatawan akan diajak melintasi waktu, mengenal salah satu babak paling pahit dalam sejarah berkenegaraan Kamboja.

Untuk menyambangi monumen ini, kita harus bertolak 15 kilometer dari kota Pnom Penh, Killing Fields beroperasi dari pukul 08.00 hingga 17.30 waktu setempat.

BACA SELANJUTNYA

Kuasai Lebih dari 7 Bahasa, Bocah Penjaja Suvenir Jadi Viral