Minggu, 28 April 2024
Caca Kartiwa : Minggu, 26 November 2023 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Hidup di tengah kekurangan di kota besar, khususnya di Manila, Filipina, merupakan tantangan serius, terutama dalam hal menyediakan makanan setiap hari, yang dikemudian waktu muncul istilah "pagpag".

Dalam konteks ini, muncul istilah "pagpag", yang berasal dari bahasa Tagalog dengan arti harfiah mengibaskan kotoran dan debu pada sesuatu. Namun, di pemukiman kumuh Manila, istilah ini merujuk pada daging yang diambil dari tempat pembuangan sampah, kemudian dibersihkan dan dimasak ulang menjadi hidangan murah.

Pagpag telah menjadi bagian integral dari kuliner kumuh di Filipina, dan belakangan ini, fenomena ini bahkan menjadi bisnis menguntungkan baik bagi para pencari barang bekas di tempat pembuangan, maupun pemilik restoran kecil yang membeli daging yang dibuang dengan harga murah dan mendaur ulangnya menjadi berbagai hidangan.

Menurut laporan EFE, satu bungkus daging pagpag biasanya dijual seharga 25 hingga 30 peso (setara Rp 6.900 hingga Rp 8.300) cukup untuk pemilik usaha makanan di kawasan kumuh memasak menjadi beberapa porsi dan menjualnya dan mengambil keuntungan.

Sebelum dimasak ulang, daging tersebut dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan sampah yang mungkin bersentuhan dengannya di tempat pembuangan, dan tulangnya dihilangkan.

Setelah itu, daging dicampur dengan berbagai saus, sayuran, dan rempah-rempah sebelum disajikan kepada pelanggan.

Pada awalnya, pagpag hanya menjadi pilihan terakhir bagi warga kumuh, dikonsumsi pada hari-hari terburuk ketika tidak cukup uang untuk makanan pokok.

Namun, dengan tingginya inflasi pangan yang membuat sulit untuk membeli makanan baru, pagpag kini telah menjadi hidangan sehari-hari bagi banyak keluarga.

Meskipun sebagian daging didaur ulang ini mungkin sudah pernah dimakan sebelumnya oleh orang lain sebelum dibuang, sebagian pengonsumsi pagpag meyakini keamanannya karena proses pencucian sebelum dimasak ulang.

Meski ada yang menganggapnya lezat dan bergizi, otoritas kesehatan di Filipina menganggapnya sebagai risiko kesehatan serius.

Terkadang, makanan yang dibuang bisa disemprot dengan disinfektan sebelum dibuang, namun dalam beberapa kasus, makanan ini menjadi sarang patogen berbahaya seperti salmonella karena disimpan dalam kondisi yang tidak tepat untuk waktu yang lama.

Komisi Anti-Kemiskinan Nasional (NAPC) juga telah memperingatkan mengenai risiko mengonsumsi pagpag, menyatakan bahwa makanan ini tidak bergizi dan dapat berdampak negatif pada pertumbuhan anak-anak.

Selain itu, risiko penularan penyakit seperti hepatitis A, kolera, dan tifus juga menjadi kekhawatiran serius.

BACA SELANJUTNYA

Tradisi Runcingkan Gigi, Cantik yang Paripurna ala Wanita Suku Bagobo