Senin, 29 April 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Selasa, 04 September 2018 | 12:36 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Dinding-dinding tebing di tepi selat yang menghubungkan Pulau Arguni dan Distrik Kokas, Fakfak, Papua Barat itu dipenuhi dengan cap tangan manusia berwarna merah darah.

Situs itu dikenal sebagai Situs Purbakala Tapurarang. Untuk mencapainya kita harus menumpang perahu masyarakat setempat.

Tak hanya cap tangan manusia, kita juga bisa menyaksikan gambar hewan macam buaya, kelabang dan ikan yang tersebar di banyak titik.

Lukisan yang diduga telah berada ribuan tahun lalu itu tak memudar sekalipun udara dan ombak menghantam tebing karang.

Konon lukisan tersebut merupakan buah kutukan seorang nenek yang menjelma setan kaborbor, masyarakat setempat mengenalnya sebagai penguasa laut paling menyeramkan.

Masyarakat memercayai sang nenek merupakan korban kapal karam yang enggan diselamatkan warga yang menetap di sekitar tebing ribuan tahun lalu.

Nenek yang murka melemparkan kutukan pada mereka. Warga menjemput maut dan meninggalkan sisa derita mereka pada dinding-dinding tersebut.

Cerita turun temurun itu lamat ditelan dari generasi ke generasi termasuk menyoal keberadaan tengkorak di sekitar tebing.

Versi yang lebih masuk akal meski tak dapat dipastikan kebenarannya ini dipercaya berasal dari ganasnya perang suku saat itu.

Tatkala, para lelaki tengah pergi dari desa, musuh menyerbu pemukiman warga di daerah tebing.

Wanita dan anak-anak tak berdosa jadi sasaran perang tersebut.

Konon, mayat mereka diletakkan di sekitar area tebing, sebagai peringatan tragedi berdarah tersebut.

Masyarakat yang menganggap tempat itu begitu sakral bahkan tak berani mengubah dan memindahkan letak tulang belulang itu hingga hari ini.

Tapurarang (Instagram/Syam Ocean)

Untuk dapat menuju ke Situs Tapurarang, sebelum kita menumpang perahu nelayan setempat, kita harus bertolak dari Kota Fakfak, menyisir perjalanan darat, menembus hutan menggunakan mobil maupun angkot menuju Distrik Kokas.

Gimana kamu tertarik mengunjungi situs bersejarah ini?

BACA SELANJUTNYA

Kisah Anggi Giji dan Anggi Gida, Danau Kembar di Pegunungan Arfak