Jum'at, 03 Mei 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Kamis, 20 September 2018 | 19:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Puluhan tahun pasca kecamuk perang meletus tahun 1998 dan berakhir tahun 2000, konflik antara Ethiopia dan Eritrea tak sepenuhnya reda.

Keduanya belum sepenuhnya bersepakat menandatangani perjanjian damai. Sementara jalur perbatasan antara kedua negara tetap ditutup.

20 tahun pasca konflik tak berkesudahan itu, keduanya akhirnya menoktahkan perjanjian damai dan menyusun kembali kesepakatan dagang dan geopolitik di kawasan strategis yang membentang sepanjang Laut Merah tersebut.

Strategis, sebab jalur perbatasan Ethiopia dan Eritrea merupakan salah satu rute pelayaran tersibuk yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Eritrea-Ethiopia (Africa Arguments)

Jalur perlintasan itu tepatnya berada di Zalambessa dan Serha di bagian barat, Ethiophia, Bure dan Debar Sima, serta Eritrea di bagian timur.

Pembukaan perbatasan ini disinyalir akan sangat menguntungkan para wisatawan yang hendak melakukan tur wisata Eritrea-Ethiopia yang menjajakan beragam destinasi wisata menakjubkan khas perkotaan Afrika nan padat.

Sebab dahulu, taklah mudah mengakses jalur perbatasan di antara kedua negara.

Bahkan wisatawan yang mengajukan visa langsung dari Ethiopia menuju Eritrea dapat ditolak begitu saja.

Eritrea-Ethiopia (Eritrea Live)

''Tidak mudah memiliki visa turis ke Eritrea. Jika kendala ini berlarut-larut tidak diatasi, wilayah perbatasan kedua negara tidak akan dipadati wisatawan,'' ungkap Matt Phillips, pakar Afrika, seperti dikutip Guideku.com dari Lonely Planet.

Beruntung hari ini, pemerintah setempat mulai melonggarkan akses nan rumit tersebut.

BACA SELANJUTNYA

Kena Serangan Belalang, Pesawat Ini Gagal Mendarat dan Dialihkan