Jum'at, 03 Mei 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Selasa, 16 Oktober 2018 | 14:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Ada berbagai macam tradisi pemakaman yang tak biasa di dunia ini. Contohnya seperti tradisi Londa di Tana Toraja atau kuburan gantung yang ada di Filipina.

Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat Ghana, terutama mereka yang tinggal di Kota Accra.

Namun, alih-alih seram, tradisi pemakaman di Kota Accra ini malah bisa dibilang unik.

Tradisi ini dimulai tahun 1950, ketika seseorang bernama seth Kane Kwei membuat usungan berbentuk buah kokoa untuk digunakan pimpinan kota saat festival.

Naas, sang pemimpin malah meninggal sebelum festival dilangsungkan dan beliau pun berakhir dikuburkan menggunakan usungan berbentuk kokoa yang sudah telanjur dibuat.

Hal tersebut sukses menarik perhatian banyak warga. Terlebih, tidak lama setelah itu, nenek Kane Kwei meninggal dan untuk menghormatinya, Kane Kwei membuat peti mati berbentuk pesawat.

Ini dikarenakan nenek Kane Kwei belum pernah naik pesawat sebelumnya dan memiliki mimpi untuk mencoba naik pesawat.

Sejak saat itulah, warga lokal di Kota Accra mulai memesan aneka bentuk peti mati kepada Kane Kwei.

Peti mati ini disebut juga ''abebuu adekai'' dan dengan cepat menyebar luas menjadi sebuah tradisi di Ghana.

Aneka Bentuk Peti Mati di Ghana (kanekwei.com)

Semua peti mati ini didesain berdasarkan keinginan klien mereka, dan biasanya melambangkan profesi, keinginan, hingga personifikasi dari seseorang semasa hidupnya.

Sebagai contoh, seseorang yang berprofesi sebagai profesor akan dikuburkan dalam peti mati berbentuk pulpen sementara seorang nelayan akan dikubur di peti berbentuk ikan atau kapal.

Namun, ada juga peti yang memiliki makna mimpi atau harapan, seperti peti berbentuk pesawat milik nenek Kane Kwei tadi atau peti berbentuk mobil mewah.

Dilansir dari website Kane Kwei Carpentry Workshop, bahan untuk membuat aneka peti mati di Ghana ini dapat dibagi menjadi dua kategori.

Jika digunakan untuk pemakaman, maka mereka akan menggunakan kayu yang ringan dan harganya cukup terjangkau.

Sedangkan peti mati yang didesain untuk diekspor atau digunakan sebagai pajangan seni akan dibuat menggunakan kayu yang lebih keras dan kokoh.

Pelanggan yang memesan di Kane Kwei Carpentry Workshop ini biasanya perlu menunggu sekitar satu hingga dua minggu sampai peti mati yang dipesan jadi.

Saat ini, Kane Kwei sendiri sudah meninggal dunia dan usaha pembuatan aneka bentuk peti mati di Kane Kwei Carpentry Workshop dilakukan oleh cucunya, Eric Adjetey Anang.

BACA SELANJUTNYA

Berwisata di Londa, Gua Pemakaman Khas Toraja