Rabu, 01 Mei 2024
Vika Widiastuti | Aditya Prasanda : Senin, 25 Februari 2019 | 08:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Ada yang berbeda di Passiliran, pemakaman bayi di Kambira, Toraja.

Jika pemakaman pada umumnya jenazah akan dikubur dalam tanah dan ditandai dengan batu nisan, di Passiliran, bayi-bayi dikubur di dalam pohon. Masyarakat setempat menyebut pohon tersebut tarra.

Menurut kepercayaan nenek moyang penduduk Kambira, bayi-bayi yang belum tumbuh giginya harus dikubur di dalam pohon, agar jiwanya selamat menyisir perjalanan hingga alam baka.

(Instagram Krisbiiantoandyha)

Konon, bayi-bayi tersebut sengaja dikubur di dalam pohon, sebab jika dikubur layaknya manusia dewasa, masyarakat setempat meyakini petir akan menyambar liang lahat mereka.

Di dalam pohon tarra, bayi-bayi akan dimakamkan dalam kondisi meringkuk, tanpa sehelai benang pun layaknya berada di dalam rahim ibu.

Getah pohon tarra nan berwarna putih seperti susu dipercaya menggantikan air susu ibu untuk para bayi di dalam pohon tarra.

Bayi-bayi yang dimakamkan dalam pohon tarra akan ditempatkan sesuai strata sosial keluarga mereka. Semakin tinggi derajat keluarga si bayi maka semakin tinggi pula tempat ia dimakamkan.

Nahas, saat bayi meninggal, ibu kandung tidak diperbolehkan melihat makam bayi mereka hingga setahun berselang.

Hari ini, kawasan pemakaman Passiliran merupakan salah satu destinasi wisata favorit wisatawan yang menyambangi Toraja. Untuk masuk ke dalam komplek pemakaman ini, kita harus merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu.

BACA SELANJUTNYA

Awkarin Pacaran di Negeri Atas Awan, Potret Romantisnya Bikin Iri