Sabtu, 27 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa | Fitri Asta Pramesti : Sabtu, 11 Januari 2020 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Beberapa waktu lalu, Nicolas Stacy-Alcantara, telah berpikir dirinya tidak akan pernah selamat saat terjebak selama 30 jam di tengah badai salju Pegunungan Utah.

Dilansir GuideKu dari laman Foxnews, remaja 17 tahun asal Fresno ini awalnya berkunjung ke rumah sang mantan pacar yang berada di Kota Salt Lake. Setelah itu, dia akhirnya memutuskan untuk melakukan pendakian ringan.

Dengan perkiraan bisa kembali sebelum waktu makan malam, ia pun hanya menyiapkan empat potong roti selai kacang dan jeli serta 1182 ml air.

Saat memulai pendakian, menurut Stacy-Alcantara, kondisi cuaca relatif aman. Ia pun memulai pendakian melalui rute Millcreek Canyon menuju Park City.

Hanya saja menjelang sore, suhu turun drastis bebarengan dengan turunnya salju. Ekstrimnya suhu memaksa Stacy-Alcantara menghentikan pendakian dan mulai mencari tempat perlindungan.

Ilustrasi Pendaki Hipotermia (Pixabay/Free-Photos)

Malangnya, ponsel laki-laki ini tak bisa berfungsi karena tidak menemukan sinyal.

Perlahan tapi pasti, suhu dingin mulai menyelimuti tubuhnya. Dengan kaki yang mulai membeku, ia pun mencoba membuat gua salju di bawah pohon.

Tidak banyak yang bisa dilakukan di tengah hutan belantara dengan suhu super dingin. Meski begitu, sebisa mungkin Stacy-Alcantara selalu memastikan tubuhnya hangat dan aliran darahnya tetap lancar dengan menggosok-gosokan tangan ke dadanya.

"Saya tahu dada saya lebih penting daripada kaki saya," ujar Stacy, seperti dikutip lewat Foxnews, Sabtu (11/1/2020).

Stacy menambahkan, bahkan jika harus kehilangan kaki, ia masih bisa hidup. Namun, dia tetap memastikan kaki, tangan dan kepalanya masuk ke dalam jaket yang ia kenakan.

Ilustrasi salju hitam. (Pixabay/Skitterphoto)

Tak lupa, ia menyalakan alarm setiap 30 menit sekali agar membuatnya tetap terjaga. Pasalnya, jika ia sampai tertidur, ia takut tidak akan pernah terbangun lagi.

Stacy-Alcantara juga terus menyemangati diri sendiri dengan memikirkan orang-orang yang menyayanginya. Meskipun begitu, pada akhirnya ia sempat putus asa dan terdorong menulis surat yang ditujukan kepada keluarganya, antisipasi jika ia tidak berhasil bertahan.

"Aku tidak ingin roti selai kacang dan jeli ini menjadi makanan terkahir yang aku makan," ujarnya.

Paginya saat matahari terbit, ia bergegas berlari keluar dari tempat perlindungan tanpa mengenakan jaket dan sepatunya yang telah kelewat beku untuk dipakai.

Beruntungnya, Stacy-Alcatara menemukan kelompok pemaik ski yang membawa telepon satelit. Akhirnya, ia berhasil diselamatkan dengan helikopter.

"Aku sangat beruntung. Aku seharusnya tidak bisa selamat," kata dia.

Saat ini, remaja yang berencana melanjutkan ke perkuliahan teknik kedirgantaraan itu tengah menjalani proses perawatan kaki dan pemulihan dari hipotermia.

BACA SELANJUTNYA

Wow, Pendaki Temukan Harta Karun di Gunung Rocky Senilai 14 Miliar