Senin, 29 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa : Senin, 10 Februari 2020 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Menjadi kreatif adalah satu hal yang patut disyukuri. Ide-ide kreatif, liar, dan tidak biasa akan membuat orang terkagum dan tak habis pikir. Bahkan, korek dan asbak saja bisa berubah jadi karya seni.

Pernah melihat pemantik api berbentuk sesuatu yang mengerikan seperti jempol putus? Atau, pernahkah membayangkan punya asbak berbentuk tangan yang putus?

Itulah yang jadi hasil tangan dingin dan kreatifnya M. Syahril atau yang akrab disapa Aril. Bukan hanya membentuk, laki-laki berusia 19 tahun ini sudah menjualnya selama 3 tahun di Malang sejak 3 tahun lalu.

Aril bercerita jika awalnya ia mendapat ilmu membuat kreasi seperti ini di Bandung dan mulai dijual sejak 2012 silam. Sayang guru ataupun tutornya yang tak lain ayah dari teman Aril sudah wafat.

"Inspirasinya dari almarhum orang tua temen di bandung, jadi sekarang dia udah nggak ada, ya udah kita lanjutin, dibawa ke malang masih lanjut," ujar Aril kepada Suara.com---jaringan Guideku.com saat ditemui di Pasar Laron, Alun-Alun Wisata Kota Batu, Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Korek dan asbak berkonsep liar di Pasar Wisata Kota Batu Malang. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Laki-laki asal Sumatera Barat ini mengakui dia sendiri kerap merasa jijik saat awal-awal membuat suvenir unik itu. Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai terbiasa. Dia juga berusaha membuat kreasi dan inovasi anyar setiap 3 bulan sekali.

"Awalnya jijik, abis udah unik, udah lama, nggak masalah juga," celetuknya.

Sedangkan proses pembuatannya, kata Aril, tidak begitu lama selama ia sudah membuat cetakannya. Bahan utamanya adalah fiber dan hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk mencetaknya.

Korek dan asbak berkonsep liar di Pasar Wisata Kota Batu Malang. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

"Bahannya dari fiber, dicetak, ada cetakkannya. Satu kali cetakkan satu menit langsung jadi, yang lamanya cuma cat dan pewarna, harus diwarnai satu-satu," tutur Aril.

Saat mulai berbisnis, ia mengeluarkan modal Rp 2-3 juta. Kini, omset tertinggi Aril dalam sehari bisa mencapai Rp 5 juta, utamanya saat musim liburan. Pada hari biasa, pendapatan terkecilnya Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Sedangkan di akhir pekan, dia biasanya mengumpulkan Rp1-2 juta.

Tidak hanya di Malang, Aril juga sudah mengirimkan karya seni uniknya itu ke berbagai penjuru Indonesia seperti Bali, Jogja, Bogor, Surabaya, Sumatera Barat, hingga Kalimantan. (*Dini Afrianti Efendi)

BACA SELANJUTNYA

Berencana Staycation di Batu Malang? 5 Hotel Ini Tawarkan Promo Menarik