Senin, 29 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa | Fitri Asta Pramesti : Kamis, 13 Februari 2020 | 13:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Segerombolan turis asal Papua Nugini selamat setelah satu bulan terombang-ambing di Samudra Pasifik dengan hanya mengonsumsi air kelapa dan air hujan.

Melansir dari laman Solomon Star News, Kamis (13/2/2020), sejumlah 12 turis awalnya berlayar dari Buka, Papua Nugini pada bulan Desember.

Namun nahas, kapal yang mereka tumpangi terbalik dan membuat delapan penumpang tewas.

Penumpang selamat berjumlah empat orang yang terdiri dari seorang perempuan, anak berusia 12 tahun, dan dua orang pria.

Dominic Stally, satu di antara dua pria yang selamat, menjelaskan perjalanan ini mereka lakukan untuk merayakan Natal di Pulau Carteret, yang terletak 96,5 kilometer dari Buka.

Dikatakan Stally, selepas kapal terbalik, beberapa orang berenang dan berusaha membalikkan posisi kapal.

Meskipun kapal berhasil kembali ke posisi semula, beberapa orang lain telah terlanjur meninggal karena tenggelam.

Ilustrasi Kapal Karam. (pixabay.com/larsen9236)

Mereka yang selamat, kata Sally, mencoba membantu yang lain. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Delapan penumpang lain pun harus kehilangan nyawa di Laut Pasifik.

"Kami tidak bisa melakukan apapun dengan mayat mereka. Kami pun melarungkan jasad mereka di laut," ujar Stally kepada Solomon Star News.

Sally mengenang, saat itu sepasang suami istri tidak dapat terselamatkan dan meninggalkan bayi mereka. Sally pun sempat menggendong bayi mungil itu sebelum si bayi menghembuskan napas terakhir.

"Saya benar-benar minta maaf tetapi tidak ada lagi yang bisa saya lakukan untuk menyelamatkan keluarga ini," imbuh Sally.

Selama terapung di Samudra Pasifik, Sally meyakini bahwa sebenarnya ada beberapa perahu-perahu nelayan yang lewat. Namun, mereka tidak bisa melihat kapal Sally karena posisinya terlamapu jauh.

Selama satu bulan itu, para penumpang kapal yang selamat hanya mengonsumsi daging dan air kelapa serta air hujan. Sally dan rombongan tidak ingat persis dari mana mereka bisa mendapatkan daging dan air kelapa itu.

Ilustrasi Air Kelapa. (pixabay.com/shedreamsinpink)

Nasib baik pun datang, melansir dari laman Yahoo News, seorang nelayan datang menyelamatkan mereka pada 23 Januari lalu.

"Kami dinaikkan ke kapal nelayan itu dan diberi makan," kata Sally.

Hingga pada 8 Februari, Sally beserta rombongan yang selamat pun berlabuh di Honiara, ibukota Kepualuan Solomon.

Para korban yang mengalami dehidrasi pun tengah menjalani perawatan secara intensif yang disediakan oleh Komisaris Tinggi Papua Nugini John Balavu.

BACA SELANJUTNYA

Wajib Tahu! Wisatawan Indonesia Wajib Jalani Tes Tuberkolusis Sebelum Masuk Jepang