Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Guideku.com - Memperingati Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah yang jatuh pada 11 September 2018, Indonesia terkenal memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan Suro dalam tanggalan Jawa tersebut.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini dalam tanggalan Jawa, malam 1 Suro selisih sehari dengan versi pemerintah, yakni pada 12 September 2018.
Seperti biasanya di Yogyakarta terdapat sebuah tradisi Laku Bisu atau Lampah Ratri Mubeng Benteng.
Dihimpun Guideku.com dari berbagai sumber, orang yang mengikuti Lampah Ratri berjalan mengelilingi benteng dan dilarang mengucapkan sepatah kata.
Baca Juga
Di Yogyakarta sendiri ada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Puro Pakualaman yang masih turun temurun melakukan tradisi Lampah Ratri Mubeng Benteng.
Tepat jam 21.00 Guideku.com bersama sebagian masyarakat Yogyakarta dan wisatawan telah mulai berdatangan di Bangsal Pancaniti, Keben Yogyakarta untuk mendengarkan tembang Macapat dari Abdi Dalem.
Sama halnya dengan Keraton Yogyakarta, dari Kagungan Dalem Pelataran Pura Pakulaman juga telah terlihat banyaknya warga dan wisatawan yang duduk bersila sambil menyaksikan pertunjukan wayang.
Dibawakan oleh dalang Ki Margiyono, pertunjukan wayang sebelum Tapa Bisu dimulai ini membawakan cerita tentang Pendhawa Kumpul.
''Tradisi Lampah Ratri Mubeng Beteng ini sebagai simbol prihatin dan evaluasi diri terhadap perilaku, tutur kata dan perbuatan yang dilakukan selama satu tahun terakhir,'' sebut Tandyo Wijoyo, salah satu Abdi Dalem Puro Pakualaman kepada Guideku.com.
Adapun rute yang ditempuh oleh rombongan dari Puro Pakualaman yaitu mulai Jalan Sultan Agung - Bintaran - Jalan Tamansiswa - Jalan Sukun - Bausasran - Jalan Gajah Mada - Jalan Harjowinatan dan kembali lagi ke Kagungan Dalem Pelataran Pura Pakulaman.
Lain halnya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang menempuh rute mulai dari Keben - Kauman - Ngabean - Jalan Wakhid Hasyim - Jokteng Kulon - Gading - Jokteng Wetan - Gondomanan - Jalan Ibu Ruswo dan kembali lagi ke Keben.
Meskipun berbeda jalur, niat hati masing-masing tetap satu yaitu untuk menjalankan tradisi para leluhur dan berdzikir kepada sang pencipta.
Meski telah memasuki waktu dini hari antusiasme warga tak kunjung padam. Kurang lebih sebanyak 5.000 warga dan wisatawan turut mengikuti Lampah Ratri Mubeng Beteng dengan khidmat.
Tag
Terkini
- Liburan Pakai Kartu Kredit? Ini 3 Keistimewaannya
- Cara Daftar Program Mudik Gratis 2024, Jangan Sampai Kelewatan!
- Sinopsis Tekken 2 Kazuyas Revenge: Akankah Ingatan 'K' Kembali seperti Semula
- Sinopsis Film Greenland: Kisah Kiamat Komet Tayang di Bioskop Trans TV Malam Ini
- Sinopsis Golden Job: Kelima Saudara Angkat Kompak Menjadi Perampok
- Sinopsis Film Batman v Superman: Dawn of Justice, Dua Pahlawan Super Bertarung
- Sinopsis Hacksah Ridge: Kisah Nyata Tentara Medis Amerika Serikat di Perang Dunia II
- Sinopsis Film Hellboy (2019): Kisah Iblis Menyelamatkan Bumi, Tayang Malam Ini
- Sinopsis Colombiana: Seorang Perempuan Berniat Memusnahkan Bandar Narkoba
- Sinopsis Film Wonder Woman, Saksikan Aksi Gal Gadot di Bioskop Trans TV Malam Ini
Berita Terkait
-
Catat! 5 Provinsi Ini Bakal Ramai Pemudik saat Liburan Idul Fitri
-
Bale Kanoman: Kuliner Bernuansa Jawa yang Menggoda di Tengah Kota Jogja
-
Malaysia Larang Penjualan Minuman Khas Indonesia, Bisa Didenda Rp33 Juta
-
Murah Banget, Ini Harga Paket Kano Menyusuri Wisata Mangroves Baros di Yogyakarta
-
Soto Sampah Jogja, Wisata Kuliner Unik Penggugah Selera di Yogyakarta
-
Mengenal Resep Autentik Sate Klatak Yogyakarta
-
Menelusuri Fakta dan Legenda Taman Sari, Destinasi Wisata Liburan Akhir Tahun di Yogyakarta
-
Trailer dan Sinopsis 'Monster', Film Thriller Tanpa Dialog Dibintangi Marsha Timothy
-
Menilik Candi Abang Sleman yang Terdapat di Serial "Gadis Kretek"
-
Cara Nikmati 5 Kuliner Legendaris di Kota Yogyakarta, Bukan Cuma Gudeg lho