Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Guideku.com - Menjadi destinasi idaman para wisatawan, masyarakat Bali tampaknya tidak kemudian meninggalkan tata cara adat dan budaya asli Pulau Dewata.
Meskipun di Bali telah banyak berdiri hotel dan pusat perbelanjaan, ternyata Bali masih memiliki beberapa wilayah pedesaan yang menjujung tinggi adat istiadat setempat. Salah satunya penduduk yang ada di Desa Tenganan.
Meskipun Desa Tenganan telah menerima sarana listrik, penduduk desa ini masih bertahan dan melakukan aktivitas berdasarkan peraturan adat desa yang biasa dikenal dengan sebutan awig-awig.
Mulai dari bentuk pekarangan rumah, tata letak bangunan sampai dengan pembangunan pura dibuat berdasarkan aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan oleh penduduk Desa Tenganan.
Baca Juga
Salah satu adat yang masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Tenganan yaitu tradisi Ayunan dan Mekare-kare (Perang Pandan).
Tradisi ini rutin diselenggarakan oleh penduduk asli Tenganan pada bulan Mei atau Juni yang bertepatan dengan bulan ke-5 kalender Tenganan.
Kedua tradisi ini dilakukan sebagai simbol kedewasaan dari para remaja Desa Tenganan.
Tradisi Mekare-kare (Perang Pandan) dilakukan oleh remaja laki-laki Desa Tenganan. Perang Pandan dilakukan sebagai bentuk penghormatan penduduk Desa Tenganan kepada Dewa Perang.
Kalau remaja laki-laki Desa Tenganan melakukan Perang Pandan, remaja perempuan di desa ini melakukan tradisi Ayunan.
Tradisi Ayunan dilaksanakan setelah Perang Pandan Selesai, dimana 8 remaja Desa Tenganan duduk di atas ayunan raksasa mengenakan kain tradisional Bali.
Kedelapan remaja perempuan dalam tradisi Ayunan ini sering disebut dengan daha.
Daha yang duduk di ayunan raksasa tersebut kemudian akan berputar ke atas dan ke bawah. Ayunan raksasa ini digerakkan oleh sejumlah pemuda Desa Tenganan.
Tradisi ini memiliki filosofi kehidupan yang terus berputar bagaikan ayunan, terkadang di atas dan terkadang ada di bawah.
Keseluruhan rangkaian tradisi ini biasa disebut masyarakat setempat sebagai upacara Usabha Sambah, dimana upacara ini dilakukan sebagai wujud permohonan keselamatan Desa Tenganan kepada Tuhan.
Tag
Terkini
- 5 Tempat Wisata Religi di Solo, Terbaru Masjid Raya Sheikh Zayed
- 10 Tempat Wisata Cianjur, Libur Lebaran Jadi Semakin Seru
- Rekomendasi 9 Tempat Wisata Religi di Indonesia, Cocok untuk Momen Libur Lebaran
- Tips Peregangan Saat Naik Kendaraan, Dijamin Bebas Pegal saat Mudik
- Catat! 5 Provinsi Ini Bakal Ramai Pemudik saat Liburan Idul Fitri
- Tips Mudik Lebaran Pakai Kendaraan Pribadi: Lebih Nyaman Dijamin Aman
- Potensinya Gede, Kunjungan Wisman Jepang ke Indonesia Terus Ditingkatkan
- Mudik Lebaran 2024 Naik Kereta, Masih Wajib Vaksin Covid-19?
- Survei Agoda: Perjalanan yang Ramah Lingkungan Lebih Disukai Wisatawan
- 4 Alasan Kamboja Bisa Jadi Destinasi Wisata Seru, Mau Piknik ke Sana?
Berita Terkait
-
Menyambangi Bale Sakepat: Bar yang Memadukan Mixology dengan Elemen Bali
-
Rekomendasi Tempat Wisata di Bali Cocok untuk Merayakan Natal dan Tahun Baru
-
Jelang Tahun Baru 2024, Ketahui Destinasi Wisata Sesuai dengan Tipe Karakter Liburan
-
Kontroversi Replika Gate of Heaven Bali di Thailand Tuai Perdebatan
-
Viral! Video Turis Perempuan di Bali Naik Motor Tak Pakai Celana di Jalan Umum
-
Langgar Aturan, Bule di Bali Jadi Bahasan Media Luar Negeri
-
Wisata Rumah Gemuk Bali Tiket Masuk Gratis, Cek Lokasi, Fasilitas, hingga Spot Foto Romantis yang Instagramable
-
5 Rekomendasi Wisata Air Terjun di Bali untuk Liburan Akhir Tahun selain Sekumpul Waterfall
-
Berapa Harga Tiket Resmi Air Terjun Sekumpul Bali yang Viral karena Pasang Tarif Rp300 Ribu
-
Viral! Turis Lokal Curhat Harga Tiket Air Terjun Sekumpul Bali Rp300 Ribu