Senin, 29 April 2024
Tinwarotul Fatonah | Aditya Prasanda : Selasa, 25 Desember 2018 | 13:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Tsunami Selat Sunda yang meluluh lantahkan Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran, Sabtu (22/12) menyisakan duka yang mendalam.

Hingga tanggal 24 Desember pukul 17.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat jumlah korban jiwa sebanyak 373 orang meninggal dunia, 1.459 luka-luka dan 28 lainnya masih dinyatakan hilang.

Sejumlah ilmuwan mengingatkan untuk tetap waspada menyimak aktivitas Gunung Anak Krakatau yang belum stabil dan terus bergejolak.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga mengkhawatirkan kemungkinan terburuk macam letusan gunung berapi di dalam laut yang dapat meningkatkan volume air dan menghasilkan gelombang tsunami menilik laman International Tsunami Information Center UNESCO.

Sementara itu, BNPB menduga penyebab tsunami yang tak diawali gempa tersebut akibat longsoran bebatuan di bawah laut yang terkena dampak peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Jurnalis Alvi Apriayandi pernah merekam keadaan bongkahan bebatuan berukuran besar di bawah laut di sekitar kawasan Gunung Anak Krakatau tersebut.

(Instagram Alvi KGS)

Kala itu, Alvi bersama tim DOES asuhan Erix Soekamti cs tengah menyisir lautan di sekitar Gunung Anak Krakatau.

Melalui postingan Instagramnya, pemilik akun alvi kgs ini memperlihatkan bagaimana batu-batu berukuran besar itu sangat mungkin memengaruhi volume air dan berdampak tsunami tatkala longsor terjadi di bawah laut.

''Sekali lagi saya berikan gambaran kumpulan foto setahun kemarin kami pernah memprofilkan alam bawah laut Gunung Krakatoa. Kalo batuan erupsinya yang ada difoto ini aja segede "GABAN" nyemplung dalam jumlah besar, sangat memungkinkan secara logika dapat menyebabkan gelombang tinggi dengan jarak ratusan mil tanpa harus diawali oleh gempa dari gunung aktif itu sendiri,'' tulis akun alvi kgs.

(Instagram Alvi KGS)

Tampak dalam gambar yang dibagikan Alvi, bebatuan berukuran gigantis bekas letusan Gunung Krakatau tahun 1883 mendiami dasar laut Selat Sunda.

Longsoran di bawah laut dengan bebatuan berukuran raksasa ini kemudian menyebabkan volume air naik dan menjelma tsunami.

BACA SELANJUTNYA

Dampak Tsunami Selat Sunda, Wisatawan Takut Kunjungi Gili Ketapang