Sabtu, 27 April 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Minggu, 09 Februari 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Sejak kabar mewabahnya virus corona yang berpusat di kota Wuhan, provinsi Hubei, China, perhatian dunia sempat tertuju pada kuliner ekstrem sup kelelawar yang dituduh sebagai penyebab.

Meski demikian, kabar terbaru menyebutkan jika kelelawar dan ular bukanlah satu-satunya perantara.

Menurut Xinhua Net seperti dilansir dari laman World of Buzz, penelitian selama sebulan terakhir menunjukkan jika trenggiling dapat menjadi perantara novel coronavirus (2019-nCoV).

Hal ini ditunjukkan dari genom RNA virus corona di dalam trenggiling yang ternyata 99 persen identik dengan virus corona dalam manusia.

Selain itu, trenggiling sendiri rupanya juga menjadi salah satu kuliner ekstrem yang dinikmati di China dan Vietnam.

Sup Trenggiling (facebook.com/usfwsinternationalaffairs)

Selama sepuluh tahun terakhir, trenggiling telah menjadi hewan yang paling banyak diperdagangkan secara ilegal. Total, ada lebih dari 1 juta trenggiling yang diambil dari hutan Asia dan Afrika.

Dirangkum Guideku.com dari berbagai sumber, sisik trenggiling dipercaya dapat memiliki manfaat medis dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

Sementara, daging trenggiling dijual secara ilegal untuk dimasak menjadi sup.

Sup trenggiling sendiri dikonsumsi oleh orang-orang karena alasan budaya, spiritual, dan faktor sosial.

Biasanya, sup trenggiling ini disajikan sebagai makanan mewah oleh pebisnis atau politikus dalam rangka memamerkan kekayaan. Selain itu, sup trenggiling juga menjadi cara untuk membuat klien atau rekan kerja terkesan.

Sup Trenggiling (youtube.com/CGTN)

Di China, potret trenggiling yang dimasak menjadi sup dan disajikan saat pesta diketahui pernah tersebar di media sosial.

Pada tahun 2017 silam, sup trenggiling diketahui menjadi sajian dalam sebuah perjamuan yang dihadiri pebisnis Hong Kong dan pemerintah lokal China.

Kemudian pada tahun 2011, seorang pengguna Weibo di Shenzhen, provinsi Guangdong juga pernah membagikan foto sup trenggiling dan nasi goreng dengan darah trenggiling.

Akun yang sama juga kembali mengunggah soal sup trenggiling pada Maret 2012. Saat itu, akun Weibo tersebut menulis, "Chef Liao yang ramah berhasil meminta orang-orang untuk menyiapkan sup trenggiling dan jamur beberapa jam sebelumnya. Ini sangat lezat!"

Trenggiling sendiri sebenarnya merupakan mamalia yang dilindungi baik di Asia maupun Afrika.

Namun, setiap tahunnya, jumlah trenggiling terus berkurang karena tingginya permintaan terhadap daging trenggiling di China dan Vietnam.

BACA SELANJUTNYA

Tempat Wisata Ini Cuma Terima Pelancong yang Positif Covid-19, Kok Gitu?