Selasa, 07 Mei 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Rabu, 08 Agustus 2018 | 11:23 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Mauro Morandi (78) kerap berjalan sendirian menyisir bibir pantai berbatu di Pulau Budelli, Italia.

Matanya nanar menatap laut dan ombak yang saling berpagut memecah karang.

Pemandangan di hadapannya itu kerap membuat Morandi merasa kerdil.

"Kita mengira manusia adalah mahluk yang paling mendominasi bumi namun kenyataannya kita hanyalah seekor nyamuk: kecil dan lemah," celetuk Morandi seperti dikutip Guideku.com dari National Geographic.

Ingatannya mengarung jauh saat pertama kali ia menginjakkan kaki di Pulau Budelli.

Saat itu tahun 1989, mesin catamaran (kapal dengan dua lambung) milik Morandi mendadak lumpuh di tengah samudera, tepat di antara pulau Sardinia dan Corsica.

Jangkar sudah dilepaskan namun catamaran Morandi tak kuasa menahan badai dan hantaman ombak.

Ia terlempar hingga akhirnya terombang ambing di bibir pantai pulau tak berpenghuni. Pulau itu bernama Pulau Budelli.

Singkat cerita, Morandi akhirnya memilih tinggal di Pulau Budelli dan menyambung hidup di pulau ini seorang diri.

Sampai hari ini, terhitung sudah 28 tahun Morandi tinggal seorang diri di Pulau Budelli.

Sesekali ia menjual hasil pahatannya pada turis yang menyambangi Pulau Budelli namun lebih sering ia menyambung hidup dengan memakan apa saja yang dapat ia temukan.

Morandi mengaku keheninganlah yang membuatnya sanggup bertahan.

"Saya sangat mencintai keheningan. Seperti halnya keheningan di musim dingin, kala badai tak bertiup dan tak satupun orang mengunjungi pulau ini. Keheningan yang teramat seperti matahari yang terbenam di musim panas," tutur Morandi.

Tak lupa, Morandi kerap membersihkan sampah plastik yang tersangkut di bibir pantai. Sebab cinta Morandi pada Pulau Budelli, lebih dari sekadar seorang penghuni, ia ingin Pulau Budelli tetap lestari.

"Saya bukan ahli botani namun saya punya alasan kuat mengapa tanaman dan pulau ini harus terus hidup," pungkas Morandi mantap.

Morandi bukan tanpa aral menetap seorang diri di Pulau Budelli. Pernah ia digugat sebuah instansi swasta yang hendak mengokupasi pulau tersebut.

Beruntung, Morandi memenangkan hati publik dan pengadilan setempat, ia tak jadi digusur.

Mauro Morandi (Guardiavecchia)

"Saya tidak akan pernah beranjak dari sini. Saya ingin mati di Budelli," tegas Morandi.

Belakangan, kisah Morandi melestarikan ekosistem Pulau Budelli menyentuh sebuah perusahaan komunikasi. Perusahaan tersebut lantas membangun jaringan WI-Fi di Pulau Budelli.

Kini melalui Pulau Budelli, Morandi masih sanggup menyaksikan lalu lintas dunia hari ini.

BACA SELANJUTNYA

Jepang Gelar Piala Dunia Pungut Sampah, Diikuti 21 Negara Termasuk Indonesia