Sabtu, 27 April 2024
Agung Pratnyawan | Arendya Nariswari : Kamis, 18 Oktober 2018 | 12:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Belum lama ini, publik dikejutkan dengan munculnya foto Miss Grand Malaysia 2017 yang tampil pada acara Miss Grand International 2018 dengan balutan motif batik parang.

Ya, Debra Jeanne Poh mengundang kritik dari netizen setelah fotonya menggunakan cropped top motif batik parang beredar di media sosial.

Batik parang sendiri merupakan motif asli dan paling tua di Indonesia.

Susunan motif mirip huruf S yang saling menjalin ini melambangkan kesinambungan.

Miss Grand Malaysia 2017 yang jadi kontroversi karena gunakan batik parang. (Instagram/@Debrajeanne.poh)

Bentuk huruf S yang ada pada motif ini juga diperoleh dari bentuk ombak samudera.

Lambang ini tentunya memiliki makna, yaitu menggambarkan semangat yang tidak pernah akan padam

Mendengar kabar ini, GKR Hayu, Putri ke-4 Sri Sultan Hamengku Buwono X pun turut angkat bicara mengenai permasalahan ini.

Dihimpun Guideku.com dari akun Instagram resmi @gkrhayu, GKR Hayu mencoba menjelaskan filosofi Batik Parang tersebut lewat akun Instagram miliknya.

Penjelasan GKR Hayu tentang motif batik parang. (Instagram/@gkrhayu)

''Perjanjian Giyanti dan Jatisari membagi Kerajaan Mataram dan budayanya menjadi dua. Tata busana Mataraman diboyong ke Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta mengembangkan gaya baru,'' tulis GKR Hayu dalam kolom caption.

''Aturan motif larangan, sangat ketat di dalam Kasultanan tapi bisa berbeda dengan Kasunanan. .
Di Kasultanan Yogyakarta, besar kecilnya ukuran parang menandakan status (ukuran parang Sultan, Permaisuri dan anak2nya jelas berbeda). Arah jatuhnya motif parang juga berbeda antar laki perempuan (bisa dilihat dr foto),'' imbuhnya.

''Budaya kita tidak akan pernah bisa dicuri orang lain, selama kita masih melestarikan dan mengembangkan budaya itu sendiri,'' tutup GKR Hayu.

Bukan hanya GKR Hayu saja, sejumlah netizen juga sempat memberikan klarifikasi lebih lanjut terkait boleh atau tidaknya motif batik parang dikenakan oleh orang yang bukan dari keluarga kerajaan.

Menurut salah satu netizen batik parang ini tidak boleh dikenakan oleh rakyat biasa di dalam wilayah Keraton.

Namun jika sudah berada di luar area Keraton, batik parang ini boleh digunakan tetapi harus juga disesuaikan dengan acaranya.

Nah, itu dia filosofi dari sakralnya motif batik parang yang sempat dikabarkan diklaim oleh Malaysia.

Sekarang travelers sudah tahu kan, makna dari motif batik parang dan ketentuan penggunaannya seperti apa?

BACA SELANJUTNYA

Sentilan Putri Jogja dan Makna Tradisi Sedekah Laut