Minggu, 28 April 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Rabu, 16 Januari 2019 | 16:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Di Nepal, wanita yang mengalami masa menstruasi harus mengasingkan diri dari rumah dan keluarganya.

Tradisi mengasingkan diri ini disebut sebagai Chhaupadi, biasa dilakukan wanita yang belum bersuami maupun yang telah menikah.

Saat seorang wanita Nepal tengah mengalami masa menstruasi dan menjalankan Chhaupadi, ia akan diasingkan ke tempat terpisah berbentuk gubuk yang disebut gubuk menstruasi.

Mirisnya gubuk yang dibuat khusus oleh anggota keluarga tersebut kerap disulap dari gudang pertanian, lumbung padi bahkan dari kandang hewan ternak nan berbau tak sedap.

Selama sepekan, wanita yang mengalami masa menstruasi harus diasingkan dan tidur di dalam gubuk.

Dalam masa pengasingan tersebut, para wanita tak diizinkan memasak, menyentuh ternak, menyentuh simbol agama, menyentuh sumber air dan menyentuh anggota keluarga lainnya.

Masyarakat Nepal meyakini mereka yang mengalami menstruasi akan menularkan sial melalui apa yang mereka sentuh.

Bahkan jika wanita menstruasi tersebut tidak diasingkan, petaka akan menghampiri kediaman dan keluarga wanita tersebut, semacam kebakaran rumah, kepala rumah tangga yang mendadak sakit hingga rumah yang disambangi harimau.

Sementara untuk makan sehari-hari, anggota keluarga si wanita akan menyiapakan dan mengantarkan makanan khusus ke gubuk menstruasi.

(Wikimedia Lindseymaya)

Hari ini, meski tidak semua keluarga di Nepal tega mengasingkan putri maupun anggota keluarga mereka saat Chhaupadi, stigma yang dimunculkan tradisi menahun tersebut membuat banyak keluarga tertekan oleh tekanan sosial jika tidak turut melakukan tradisi ini.

Laporan PBB menyebut, anggapan bahwa wanita menstruasi dapat membawa sial tak hanya tumbuh di Nepal namun juga di Uganda dan beberapa negara di Afrika lainnya.

Jane Ussher, dosen psikologi kesehatan wanita di Western Sydney University menyebut tabu terhadap menstruasi telah tumbuh sangat lama di bermacam kebudayaan dan negara di dunia.

''Pada bermacam kebudayaan, menstruasi kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang kotor, menjijikkan, memalukan dan menakutkan,'' ungkap Jane Usher seperti dikutip Guideku.com dari ABC News.

Tentu salah kaprah yang dibiarkan menahun ini telah mencederai hak dan keberadaan wanita di lingkungan masyarakat yang begitu mempercayai stigma tersebut.

Padahal menstruasi sesungguhnya merupakan kondisi normal yang terjadi pada wanita setiap bulannya. Kondisi tersebut terjadi sebab dinding rahim di bagian dalam luruh akibat tidak dibuahi.

Mahkamah Agung Nepal telah menyatakan bahwa tradisi Chhaupadi merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia dan telah dilarang sejak tahun 2005.

Sebab tradisi berbahaya ini telah menelan begitu banyak korban, dari kasus Amba Bohara yang tewas bersama kedua anaknya akibat menghisap asap perapian saat berada di gubuk menstruasi, lalu seorang ibu yang kehilangan anaknya yang jadi sasaran serigala saat meninggalkan bayinya sejenak di gubuk menstruasi hingga kasus seorang wanita yang digigit ular saat diasingkan.

BACA SELANJUTNYA

Teruntuk Natalia Muchova, Ini Alasan Wanita Menstruasi Tak Boleh Masuk Pura