Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Guideku.com - Tim Guideku.com bertolak menuju Kampung Sanggrahan Pathok, sentra pembuatan bakpia di Yogyakarta.
Di kampung ini, toko bakpia beragam merek serta nomor berjejeran menjajakan bakpia secara turun temurun.
Salah satu yang tertua dan menjadi pionir pembuatan bakpia di Yogyakarta, yakni Bakpia 25.
Di Kampung Sanggrahan Pathok, merek legendaris tersebut memiliki tiga toko sekaligus pabrik pembuatan bakpia.
Baca Juga
-
Bakpia Wong Jogja, Nyobain Bakpia Milik Baim Wong, Enak Nggak Sih
-
Jogja Airport Resto, Nikmatnya Makan di Pesawat Bebas Turbulensi
-
Tak Hanya Bakso Tetelan Pak BG, ini 5 Bakso Legendaris di Jogja
-
Ini Alasan Warung Gudeg Jogjakarta Banyak yang Buka Malam Hari
-
20 Foto Villa Arusha Jogja Bikin Kamu Mendadak Ingin Staycation
Di sepanjang Jalan Karel Sasuit Tubun yang membelah Kampung Sanggrahan Pathok, Bakpia 25 memiliki dua toko besar, Toko Ongko Jaya dan Toko Pathok Jaya.
Jika berjalan sedikit ke arah barat menuju gang yang tak jauh dari Ongko Joyo, kita dapat menemukan toko Pabrik Jaya, yang jadi pabrik utama pembuatan Bakpia 25.
Kami melesat menuju Pabrik Jaya untuk bertemu dengan tiga orang pegawai kepercayaan Bakpia 25, mbak Dwi, Pak Sugiyanto dan Pak Djumadi.
Setelah berkordinasi cukup panjang, sekitar pukul 13.30 WIB, bersama Pak Sugiyanto dan Pak Djumadi, kami memulai tur mengelilingi pabrik pembuatan bakpia 25.
1. Dari Pabrik Jaya, sejarah pun dimulai
Bangunan tua yang didominasi dinding berwarna putih dengan kusen kayu berwarna tosca tersebut masih teguh mempertahankan atap tuanya nan khas, berlumut, dan kian otentik dimakan zaman.
Konon, usianya jauh lebih tua ketimbang usaha Bakpia 25 yang sudah bertahan lebih dari 70 tahun.
Dahulu, sebelum akhirnya berubah menjadi industri rumahan bakpia, rumah putih ini merupakan pabrik pembuatan rokok 25 (Rokok selawe, masyarakat menyebutnya).
Setelah produksi rokok mandek dan tak lagi berjalan, tahun 1948, pabrik itu kemudian dimanfaatkan menjadi rumah produksi bakpia hingga hari ini.
Perjalanan tur kami pun dimulai dari area depan rumah putih tersebut.
Sebelum masuk ke dalam, di halaman depan, para pegawai Bakpia 25 tampak hilir mudik sibuk dengan tugasnya masing-masing. Beberapa dari mereka ada yang memasok gas, menyortir bakpia ke dalam truk, menjaga keamanan, dan memarkir kendaraan puluhan pengunjung yang datang silih berganti setiap jamnya.
Konon pukul 12.00 siang hingga 18.00 petang merupakan rentang waktu kunjungan terpadat pelanggan Bakpia 25.
Kami menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa toko ini tak pernah sepi pengunjung setiap jamnya, bahkan setelah tur keliling usai nantinya, rombongan keluarga dengan mobil lain memadati Pabrik Jaya.
Tak lama kami kemudian bergeser memasuki ruang depan, dihadapkan dengan etalase yang dipenuhi interior berwarna hijau tosca.
Di dalamnya, belasan pengunjung memadati toko, memilih dan memesan beragam oleh-oleh khas Jogja, dan tentu saja perburuan utama tetaplah bermacam varian rasa Bakpia 25.
Selain mengunjungi toko Ongko Joyo dan Pathok Jaya di Jalan K.S. Tubun, para pelanggan kerap mengunjungi langsung Pabrik Jaya demi memperoleh bakpia yang masih hangat, 'fresh from the oven'.
Di antara semua varian, konon yang menjadi favorit para pengunjung, tetaplah bakpia original rasa kacang hijau.
Di Etalase toko Pabrik Jaya, kita dapat memilih bakpia dengan bermacam rasa. Tak hanya itu kita juga dapat memilih oleh-oleh khas Jogja lainnya yang datang dari bermacam produsen rekanan Bakpia 25 dan dititipkan di gerai Pabrik Jaya serta beragam toko cabang Bakpia 25 lainnya.
Usai menyaksikan suasana padat pengunjung di bagian etalase, Pak Sugiyanto dan Pak Djumadi mengajak kami menyaksikan proses pembuatan Bakpia 25 secara langsung, tepat di belakang area gerai.
Di belakang area gerai pula, terdapat dinding khusus yang memajang para sesepuh pendiri Bakpia 25. Tampak Ny. Tan Aris Nio sang pendiri. Hari ini, dinasti Bakpia 25 diteruskan anaknya Arlen Sanjaya.
Baik Pak Sugiyanto maupun Pak Djumadi tak bisa memastikan jumlah persis karyawan di dalam pabrik saat itu namun jika boleh diterka, tak menutup kemungkinan bisa mencapai ratusan orang.
Kami melihat mereka begitu terorganisir rapi mengerjakan tugas masing-masing. Banyak di antara mereka bertugas menggumpalkan dan memasukkan isi bermacam bakpia.
Seperti apa keseruan berkeliling pabrik pembutan bakpia yang sudah berdiri 70 tahun ini ? Simak cerita perjalanan kami selanjutnya melalui galeri foto berikut!
Terkini
- Resep Nasi Kebuli Daging Sapi, Nikmat Dihindangkan saat Lebaran
- Resep Kue Kastengel Lezat ala Rumahan: Gampang Dibikin untuk Idul Fitri!
- Resep Es Teh Kampul, Minuman Menyegarkan untuk Buka Puasa
- Takut Opor Ayam Cepat Basi? Simak 5 Tips Ini!
- Resep Spaghetti Bolognese, Cocok untuk Sahur dan Berbuka Puasa
- 14 Ide Menu Takjil Ramadan untuk Buka Puasa di Masjid
- Menu Sahur Sehat, Begini Cara Membuat Ayam Kukus Jahe
- Hari Ini Buka Puasa Pakai Apa? Coba Resep Kimbap Sederhana, yuk!
- 5 Minuman Sehat untuk Berbuka Puasa, Ini Resepnya
- Viral Nasi Beku Lebih Sehat untuk Pasien Diabetes, Ini Kata Dokter
Berita Terkait
-
Catat! 5 Provinsi Ini Bakal Ramai Pemudik saat Liburan Idul Fitri
-
Bale Kanoman: Kuliner Bernuansa Jawa yang Menggoda di Tengah Kota Jogja
-
Malaysia Larang Penjualan Minuman Khas Indonesia, Bisa Didenda Rp33 Juta
-
Murah Banget, Ini Harga Paket Kano Menyusuri Wisata Mangroves Baros di Yogyakarta
-
Soto Sampah Jogja, Wisata Kuliner Unik Penggugah Selera di Yogyakarta
-
Mengenal Resep Autentik Sate Klatak Yogyakarta
-
Menelusuri Fakta dan Legenda Taman Sari, Destinasi Wisata Liburan Akhir Tahun di Yogyakarta
-
Trailer dan Sinopsis 'Monster', Film Thriller Tanpa Dialog Dibintangi Marsha Timothy
-
Menilik Candi Abang Sleman yang Terdapat di Serial "Gadis Kretek"
-
Cara Nikmati 5 Kuliner Legendaris di Kota Yogyakarta, Bukan Cuma Gudeg lho