Selasa, 30 April 2024
Dany Garjito | Aditya Prasanda : Rabu, 06 Februari 2019 | 21:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Tradisi menahun perburuan lumba-lumba di Taiji, Jepang tak henti menuai kecaman dari banyak pihak.

Perburuan sadis dengan dalih tradisi tahunan ini rutin diadakan sedari September hingga Maret setiap tahunnya.

Menghimpun dari berbagai sumber, Guideku.com mencatat 5 fakta soal perburuan sadis yang mengancam ekositem laut tersebut. Apa saja?

Direstui pemerintah setempat

Setiap tahun, pemerintah kota pesisir nan kecil dan dihuni sekitar 3.500 penduduk tersebut merestui perburuan 2 ribu ekor lumba-lumba dan pesut dari tujuh spesies berbeda.

Mayoritas lumba-lumba tersebut diburu untuk dimakan namun tidak sedikit pula yang dijual hidup-hidup ke seluruh dunia.

Bisnis sadis bernilai miliaran

(Pixabay Mikakaptur)

Terdapat tiga jenis lumba-lumba yang jadi incaran para pemburu di Taiji yakni lumba-lumba hidung botol, lumba-lumba belang dan lumba-lumba risso.

Saat perburuan berlangsung, kawanan lumba-lumba akan digiring dari tengah laut menuju bibir pantai sebelum dibantai dengan bengis.

Satu lumba-lumba dihargai senilai 600 Dollar AS atau setara Rp 8,3 juta.

Bayangkan terdapat sekitar 2 ribu lumba-lumba yang diburu dengan kisaran total 16 miliar rupiah.

Bahkan beberapa sumber menyebut lumba-lumba yang dijual ke akuarium di seluruh dunia dibanderol seharga Rp 2 miliar per ekornya.

Merusak ekosistem laut

Lumba-lumba merupakan mamalia pemakan ikan-ikan pelagis.

Menurunnya populasi lumba-lumba akibat perburuan di Taiji menyebabkan tingginya populasi ikan-ikan pelagis yang digemari banyak ikan predator. Akibatnya kelompok ikan predator pun semakin meningkat dan berdampak buruk pada keseimbangan populasi biota laut.

Merusak kesehatan

Sejumlah pakar kesehatan menilai daging lumba-lumba bukanlah pilihan yang tepat untuk dikonsumsi.

Mamalia yang kerap memangsa ikan-ikan kecil ini dikhawatirkan memiliki kandungan logam berat seperti merkuri yang begitu pekat dalam dagingnya.

Departemen Kesehatan Jepang diimbau untuk dapat mengukur dan memantau kandungan logam berat maupun senyawa nuklir pada tubuh penduduk Taiji.

Dikecam banyak aktivis permerhati hewan

(Pixabay Free Photos)

Sejak film dokumenter terkait perburuan di Taiji, The Cove booming dan memenangkan banyak penghargaan pada tahun 2009, kelompok pecinta alam dan pemerhati hewan di seluruh dunia menyoroti kegiatan sadis berkedok tradisi tersebut.

Bermacam kampanye dan petisi penolakan digelar dan menarik perhatian tidak sedikit tokoh besar dan selebritis dunia. Dua di antara mereka, komedian Ricky Gervais dan Duta Besar Amerika untuk Jepang, Caroline Kennedy.

BACA SELANJUTNYA

'Work in Shizuoka Job Fair 2023' Digelar di Bandung 2 - 3 Desember, Peluang Kerja ke Jepang