Jum'at, 26 April 2024
Dany Garjito | Arendya Nariswari : Rabu, 13 Februari 2019 | 17:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - Travelers pasti sudah pernah mencicipi lezatnya cokelat bukan?

Yup, cokelat sendiri merupakan salah satu makanan yang populer dan sangat diidolakan oleh berbagai kalangan.

Mulai dari anak-anak hingga dewasa pasti sangat menyukai rasa istimewa dari cokelat.

Pada kesempatan kali ini, Guideku.com akan mengajakmu mampir ke Museum Cokelat Monggo di Yogyakarta.

Disambut ramah oleh tim Museum Cokelat Monggo , Guideku.com kemudian diajak untuk berkeliling dan mencicipi lezatnya cokelat buatan Monggo.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

Bukan cuma bisa mencicipi cokelat, di sini Guideku.com didampingi oleh Tri Widiantoro selaku koordinator Museum Cokelat Monggo untuk mengenal lebih dekat tentang sejarah lahirnya makanan manis ini.

Travelers pasti penasaran juga kan ya? Yuk, simak sejarah cokelat dunia berdasarkan hasil liputan Guideku.com di Museum Cokelat Monggo berikut ini.

1900 SM- Era Suku Olmek

4000 tahun yang lalu kakao pertama kali ditemukan oleh Suku Olmek di Amerika. Mereka mengambil kakao dari hutan dan mengolahnya menjadi minuman yang dicampur dengan cabai. Wah unik banget ya, travelers?

''Jadi Suku Olmek ini dulunya memang memakai cabai, karena belum ada gula. Cabai ini maksudnya dicampur agar rasa pahit cokelat ini tidak terlalu terasa,'' sebut Tri kepada Guideku.com.

100 SM- Era Suku Maya

Berbeda dengan Suku Olmek, Suku Maya sudah bisa menanam pohon kakao sendiri. Mereka adalah ahli cokelat pertama di dunia yang mampu mengolah biji kakao menjadi minuman.

Hal ini juga dibuktikan dari relief yang terdapat pada situs arkeologi Bonampak milik Suku Maya.

Suku Maya sendiri menyebut minuman ini dengan nama Theobroma Cocoa atau makanan dewa.

Meski begitu, Theobroma Cocoa ini tetap boleh diminum berbagai kalangan tanpa memandang kasta.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

1200 SM Era Suku Aztec

Pada masa ini, Suku Aztec datang ke Amerika untuk menjajah Suku Maya.

Kekalahan Suku Maya membuat mereka harus membayar sejumlah upeti kepada Suku Aztec.

''Karena pada zaman dahulu belum punya uang akhirnya mereka (Suku Maya) membayarnya dengan biji cokelat,'' imbuh Tri.

Lama kelamaan biji cokelat kian langka dan harganya terbilang menjadi sangat mahal.

Akhirnya karena harga cokelat waktu itu sangat tinggi, maka biji kakao kemudian dijadikan mata uang oleh Suku Aztec.

Untuk membeli satu ekor kelinci, mereka harus membayarnya dengan 30 biji kakao.

1502 - Christoper Columbus datang ke Amerika

Ketika berlayar ke Amerika, Christoper Columbus dijamu minuman cokelat oleh Suku Aztec.

Sayangnya, Christoper Columbus tidak terlalu tertarik dengan cokelat sehingga tidak membawa dan mengembangkan kakao di negaranya.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

1528-Hernando Cortes datang ke Amerika

Lain halnya dengan Hernando Cortes, dirinya tertarik dengan cokelat dan memutuskan untuk membawa kakao kembali ke negaranya di Spanyol.

Di sana Hernando Cortes mengembangkan cokelat dan menawarkannya kepada Raja Spanyol Phillip III.

Sejak saat itu cokelat menjdi minuman kerajaan dan timbulah perdagangan kakao di antara orang Amerika (Suku Aztec) dan Spanyol.

1615 -Pernikahan Putri Raja Spanyol

Kakao sempat menjadi hidangan elit dan dirahasiakan untuk beberapa waktu. Namun akhirnya ketika putri dari Raja Spanyol Phillip III menikah dengan raja Perancis, akhirnya cokelat dibawa dan semakin dikenal oleh masyarakat di wilayah Eropa lainnya.

1667-Cokelat jadi minuman elit untuk kalangan kelas atas

Pada tahun ini kedai cokelat pertama dibuka di London. Minuman ini hanya bisa dibeli oleh kaum kaya raya karena pada waktu itu biji kakao sangat mahal.

Namun seiring berjalannya waktu, harga biji kakao menurun dan mulai dijual di sejumlah kafe, kedai teh dan pub.

1778 -Kakao tiba di Indonesia

Kekuasaan Eropa mulai mengembangkan produksi kakao di daerah tropis seluruh dunia demi memenuhi permintaan akan cokelat yang terus meningkat.

Tak terkecuali yang dilakukan oleh Belanda. Belanda membawa kakao dari Filipina ke Jakarta dan Sumatera.

Sayangnya, pada waktu itu kakao tidak diolah di Indonesia melainkan hanya ditanam dan buahnya dibawa kembali ke Eropa untuk diproses.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

1828- Proses pengolahan biji kakao dikembangkan oleh Coenrad Johannes Van Houten

Travelers pasti tidak asing kan dengan nama berikut ini?

Ya, Coenrad Johannes Van Houten merupakan salah satu ahli kimia dari Belanda yang menciptakan alat pemeras kakao dan mengembangkan proses pembuatan cokelat.

Alat ini mampu menekan lemak kakao keluar dari bijinya dan diolah menjadi bubuk kakao.

1848 -Lahirnya cokelat batang pertama

Di tahun ini, perusahaan Inggris bernama Fry & Son melakukan sebuah terobosan baru cokelat yang bisa dimakan berbentuk blok.

1857-Cokelat susu pertama

Daniel Peter (menantu dari Henri Nestle) bereksperimen dengan menambahkan susu kental manis ke dalam adonan cokelat batang untuk pertama kalinya.

1879 -Lahirnya mesin Conching

Cokelat kian berkembang pesat hingga akhirnya orang Swiss bernama Rodolphe Lindt membuat mesin Conching.

Mesin Conching inilah yang membuat tekstur cokelat semakin halus.

Nah, dari sini travelers sekarang jadi lebih tahu kan tentang sejarah cokelat tak cuma di Indonesia melainkan dunia.

Tak melulu koleksi foto, di sini travelers juga bisa melihat langsung koleksi diorama menarik yang menggambarkan relief dan gambaran sejarah cokelat dunia lho.

Bukan cuma itu aja, ketika berkunjung ke Museum Cokelat Monggo ini, Guideku.com juga diajak untuk melihat langsung produksi pengolahan biji kakao.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

Tri Widiantoro sendiri menyebutkan bahwa adanya Museum Cokelat Monggo bertujuan untuk lebih mengedukasi masyarakat tentang sejarah dan cara mengolah biji kakao yang baik dan benar.

Fasilitas lain yang dapat dinikmati pengunjung di antaranya ada kelas membuat cokelat (The Chocolate Creating Experience), dan eksplorasi rasa kakao (The Chocolate Tasting Experience), kafe, dan chocolate store.

Museum Cokelat Monggo. (Guideku.com/Arendya)

Harga tiket masuk Museum Cokelat Monggo ini sendiri cukup terjangkau, travelers cukup membayar Rp 10 ribu per orangnya.

Jika travelers tertarik untuk melihat langsung isi lengkap museum ini, kalian bisa langsung berkunjung ke Museum Cokelat Monggo yang beralamat di Jalan Tugu Gentong RT 03, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Jadi tunggu apa lagi? Jangan lupa mampir ke Museum Cokelat Monggo ya kalau sedang menikmati liburan di Yogyakarta. 

BACA SELANJUTNYA

Mengenal Resep Autentik Sate Klatak Yogyakarta