Jum'at, 03 Mei 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Kamis, 13 Desember 2018 | 20:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Guideku.com - ''Sebenernya, aku mulai terjun ke dunia barista gara-gara skripsi,'' begitu ujar Fakhri Ramadhan atau yang lebih akrab disapa Puk. ''Waktu itu aku ambil judul Makna Kerja Bagi Barista.''

Kalimat tersebut mengawali percakapan tim Guideku.com dengan Fakhri Ramadhan, seorang barista yang bekerja di Tekoff Cafe, Sagan, Yogyakarta. Fakhri mengaku bahwa minatnya terhadap kopi dimulai ketika dia sering menyambangi kedai kopi selama proses belajar metodologi penelitian skripsi.

Dimulai dari 'hanya mengenal rasa kopi', Fakhri pun perlahan-lahan merambah ke dunia barista dari Februari 2017 silam. Padahal, waktu itu Fakhri hanya berkeinginan untuk mengambil topik skripsi mengenai sesuatu yang ia sukai.

Masih awam, saat itu Fakhri hanya berpikiran jika barista adalah profesi yang menarik. Ada kisah yang bisa dibagikan dibalik seorang barista, dan inspirasi ini datang dari film Filosofi Kopi yang sempat ditontonnya pula.

''Salah satunya gara-gara film Filosofi Kopi. Ada kata-kata di sana, 'bukan semata-mata kopi, tapi peraciknya yang menentukan,'' ungkapnya pada tim Guideku.com.

BACA JUGA: Pesta Seks di Jogja Digerebek Polisi, Ditonton Banyak Orang

Fakhri Ramadhan, Barista di Tekoff Cafe (Guideku.com/Amertiya)

Awal masuk dunia barista

Semua faktor di atas mendorongnya untuk makin mengenal dunia barista. Ditambah lagi, saat proses pencarian data skripsi, banyak yang mendorongnya untuk mencoba sendiri bagaimana profesi barista tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, dosen manajemen Fakhri pun bahkan menyuruhnya untuk juga mendalami profesi barista. Fakhri mengenang bahwa dosennya kala itu berkata, ''Coba kamu cari dulu, observasi dulu ke lapangan. Bagi saya, barista itu sama kayak dosen. Hanya ilmu yang disampaikan berbeda.''

BACA JUGA: Barista Cantik Indonesia Jago Racik Kopi, Mau Dong Dibikinin Kopi

Awalnya, perkataan dosen tersebut sempat membuat Fakhri sangsi. Dirinya pun bertanya-tanya apakah dosennya yang sudah tergolong berumur lanjut itu benar-benar paham dunia kopi. Namun, setelah mencobanya sendiri, Fakhri sadar jika dunia barista dan dosen nyatanya memang bisa saling bersinggungan.

''Yaudah dari situ aku menikmati jadi barista, keterusan aja sih. Lalu lulus, belum ada kerjaan, lanjutin aja jadi barista,'' ujarnya.

BACA SELANJUTNYA

Mengetahui Perbedaan Mendasar Antara Kopi Robusta dan Arabica