Jum'at, 03 Mei 2024
Dany Garjito | Amertiya Saraswati : Jum'at, 14 Desember 2018 | 08:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Pertama, Fakhri akan mencari tahu jenis beans (biji kopi) apa saja yang tersedia melalui kenalan roaster yang dia punya. Kemudian, Fakhri juga masih harus mencicipinya. ''Selama itu aku belajar, ngulik, cari titik yang paling pas buat kopi itu, diskusi sama temen-temen.''

''Kalau yang kemarin latihan cuma dua minggu, seminggu yang bener-bener full latihan,'' ujarnya mengenai kompetisi terakhir yang dia ikuti, yaitu Jogja Brewers Championship di bulan Oktober silam ''Secara beban itu berat sih, pengorbanannya banyak. Aku harus bagi tiga, ada waktu shift kerja, waktu kuliah, waktu latihan.''

Bahkan, Fakhri pun mengaku kalau dirinya tidak menyangka akan menjadi finalis 6 besar. ''Secara target aku nggak setinggi peserta yang lain. Targetku cuma jangan sampai sepuluh terendah lah. Alhamdullilah aku masuk ke babak selanjutnya. Aku nggak memimpikan aku masuk final, kalau masuk pun paling peringkat terakhir.''

Lika-Liku Kompetisi Barista (Guideku.com/Amertiya)

Kompetisi adalah bagian dari pengalaman

Yang sedikit tak terduga, Fakhri berkata bahwa Yogya sebenarnya memiliki banyak barista ahli namun tak berminat mengikuti kompetisi.

''Mungkin memang niat mereka jadi barista untuk finansial. Kompetisi pengorbanannya berat. Kalau juara alhamdulillah, kalau nggak secara finansial dan waktu nggak balik. Makanya kalau ikut kompetisi aku mikirnya buat pengalaman sih,'' ujar Fakhri saat menjelaskan betapa beratnya latihan dan proses di balik sebuah kompetisi barista.

BACA JUGA: Gara-Gara Andhika Wira, Gerai Minuman Chatime Mendadak Trending

Lebih lanjut lagi, Fakhri menyatakan bahwa karakter tiap juri berbeda. Dari sanalah seorang barista bisa belajar detail-detail kecil melalui komentar juri. 

''Ada tiga juri, dan itu komunikasinya satu arah. Waktu itu aku share kopiku rasanya jambu air. Ada satu juri yang bilang itu rasanya apel. Baru habis kompetisi aku coba, ternyata rasa kopiku emang lebih ke apel.''

Dari sanalah, Fakhri jadi belajar banyak hal dan menimba ilmu untuk kompetisi berikutnya. Fakhri bahkan bercerita kalau dirinya pernah dikomentari juri soal sidik jarinya yang tertinggal di peralatan brewing saat menuang. Rupanya hal ini merupakan poin minus dalam hal manner di dunia jasa.

Fakhri Ramadhan, Barista di Tekoff Cafe (Guideku.com/Amertiya)

Tak kapok ikut kompetisi, tetap cari ilmu di sana-sini

Di akhir cerita, Fakhri tetap tak kapok untuk ikut kompetisi. Bahkan, dirinya terus mencari kompetisi-kompetisi baru untuk dicoba dan menimba ilmu dari berbagai tempat.

''Contoh nih ketika ada kafe baru buka lalu kita main ke sana, kadang disuruh nyoba nyeduh. Mungkin ada barista yang bilang: 'ah nggak ah nanti aku dikira sok jago'. Kalau aku, dikasih kesempatan gitu ya aku coba. Bukan karena sok jago, tapi karena alat bisa berbeda. Aku bisa nyoba, aku bisa belajar, aku bisa cari tahu.''

BACA JUGA: Makan Daging Anjing Sayur Kol, 7 Fakta Miris Daging Anjing yang Dikonsumsi

Tak hanya mencoba alat, Fakhri juga kerap melakukan sharing dengan barista-barista lain. Bahkan, saat kunjungan Guideku.com ke Tekoff tadi, kami pun sempat berkenalan dengan barista yang bekerja di kafe lain dan kebetulan tengah berkunjung untuk mencicipi hasil seduhan satu sama lain.

Nah, sekarang travelers tahu kan betapa panjang dan berlikunya perjuangan seorang barista untuk mengikuti sebuah kompetisi?

BACA SELANJUTNYA

Halo Warga Bandung, Kopi Tuku Gandeng Merek Lokal Bakal Menyapa Kalian!